REPUBLIKA.CO.ID, Nama Haji Muhammad Amin al-Husseini menjadi perbincangan media internasional baru-baru ini menyusul pernyataan kontroversial Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Netanyahu menyebut Husseini yang juga Mufti Yeruesalam pada Perang Dunia II berada 'di balik' Holocoust. Ia memprovokasi pemimpin Nazi Adolf Hitler untuk membakar Yahudi.
Banya pihak, baik Jerman maupun sejarawan telah membantah tudingan itu. Salah seorang sejarawan mengatakan, pembantaian massal Yahudi di Eropa sudah dilakukan beberapa bulan sebelum Hitler bertemu dengan Mufti.
Di kalangan Yahud dan Muslimi, nama Mufti Amin Husseini sudah sangat dikenal. Ia merupakan salah satu tokoh penting yang menolak kehadiran bangsa Yahudi Eropa ke tanah Palestina. Ia melakukan beragam gerakan untuk menentang Zionis.
Haji Muhammad Amin al-Husseini lahir dari keluarga mampu, berpengaruh dan Muslim taat di Yerusalem pada 1893. Keluarganya merupakan klan cukup disegani di Provinsi Utsmani. Kakeknya Mustafa dan saudara tiri Husseini, Kamal, juga merupakan Mufti Yerusalem.
Husseini menempuh kuliah di Universitas al-Azhar Kairo dan memperdalam filosopi Islam. Ia memperoleh gelar haji setelah pergi ke Tanah Suci Makkah pada 1913. Dalam Perang Dunia I, Husseini secara sukarela bergabung pasukan Turki Utsmani. Ia kemudian balik kembali ke Yerusalem pada 1917, dan menemukan kondisi kampung halamannya sudah berbeda jauh sejak ditinggalkan.
Pada saat itu, populasi Palestina mencapai 800 ribu orang dan mayoritas berasal dari bangsa Arab dan Muslim.
Namun Husseini terpukul dengan kehadiran imigran Yahudi dari seluruh wilayah Eropa ke Palestina. Bukan hanya soal agama, tapi bagi Husseini kehadiran Yahudi merupakan ancaman buat bangsa Arab. Mereka ingin mengikis populasi warga Palestina, dan secara perlahan mengusir bangsa Arab.
Bagi Husseini berbagi lahan dengan bangsa anti-Islam serta mengakhiri kekuasaan Muslim tidak bisa diterima. Ia pun menolak Deklarasi Balfaour maupun mandat Inggris di Palestina. Ia mendirikan Perkumpulan Pemuda Palestina. Kelompok ini kemudian terlibat dalam penyerangan terhadap Yahudi. Ia ditangkap oleh otoritas Inggris dan di penjara selama 10 tahun.
Situasi berubah ketika pada 1920 Komisioner Tertinggi Inggris Sir Herbert Samuel memberikan gelar Mufti Besar pada Husseini. Inggris berharap dengan gelar itu, Husseini bisa lebih diajak untuk berkomunikasi.
Namun gelar itu tidak melunakkan sikap Husseini menentang Zionisme. Gerakan Nazi Jerman kemudian melihat peluang untuk beraliansi dengan Husseini yang mendeklarasikan dirinya sebagai "Fuhrer Dunia Arab".
Melihat musuh yang sama, Husseini pun akhirnya berkolaborasi dengan Nazi untuk menyerukan gerakan anti-Inggris dan anti Yahudi.