REPUBLIKA.CO.ID, LJUBLJANA -- Slovenia meminta Uni Eropa membantu menangani pengungsi, setelah lebih dari 12.000 orang menyeberang ke negara itu dalam satu hari.
Menteri dalam negeri Slovenia, Vesna Gyorkos mengatakan, negaranya membutuhkan polisi dari Uni Eropa untuk membantu mengatur aliran pengungsi asal Kroasia yang masuk selama 24 jam terakhir.
Juri bicara kementerian dalam negeri mengatakan, Slovenia memiliki populasi 2 juta orang dan 10.300 pengungsi tetap berada di negara itu. Kroasia juga meminta bantuan internasional pada Kamis (22/10).
Pemerintah meminta bantuan selimut, tenda musim dingin, tempat tidur, dan kontainer, setelah 217.000 pengungsi memasuki negara itu sejak September 2015. Ribuan pengungsi menghabiskan malam yang dingin di bawah langit terbuka di Serbia, Kroasia, dan Slovenia.
"Hal ini mengkhawatirkan, karena cuaca semakin dingin," kata koordinator lapangan Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) Seda Kuzucu.
Anas Kaial, seorang warga Suriah berusia 31 tahun dari Hama menghabiskan malam di Slovenia dengan ibunya, istri, dan tiga anak. Ia mengaku dalam perjalanan ke Jerman.
"Itu sangat dingin. Satu-satunya cara kita bisa mengalihkan perhatian anak-anak kami dari dingin dan membuat mereka berhenti menangis adalah dengan mengatakan bahwa mereka akan mendapatkan semua boneka Barbie yang mereka inginkan setelah kami datang ke Jerman,’’ ujarnya.
Pengungsi mulai mengalir ke Slovenia Jumat lalu, ketika Hungaria menutup perbatasannya dengan Kroasia. Sebelum itu, mereka sedang menuju Hungaria, kemudian utara dan barat ke Austria dan Jerman. Pemblokiran perbatasan membuat mereka beralih ke Slovenia.
Parlemen Slovenia telah mengeluarkan undang-undang yang memberikan tentara lebih banyak kekuatan untuk membantu menjaga perbatasan.