Jumat 23 Oct 2015 11:31 WIB

AS-Pakistan Serukan Pembicaraan Damai Taliban dan Afghanistan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Seorang polisi berjaga-jaga di luar gedung Khyber Pakhtunkhwa House di Islamabad, tempat perundingan damai antara pemerintah Pakistan dan negosiator Taliban.
Foto: Reuters/Mian Khursheed
Seorang polisi berjaga-jaga di luar gedung Khyber Pakhtunkhwa House di Islamabad, tempat perundingan damai antara pemerintah Pakistan dan negosiator Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mengeluarkan seruan bersama untuk mengundang kembali Taliban dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan.

AS melihat Pakistan sebagai salah satu dari sedikit negara yang memiliki pengaruh atas ekstremis. Pemimpin baru Taliban, Akhtar Mansour diyakini memiliki hubungan dekat dengan Pakistan.

Tetapi, beberapa orang di Washington yakin Pakistan tidak berbuat cukup banyak agar kelompok radikal tersebut menghentikan kekerasan.

"Intinya adalah ada banyak perbedaan pendapat yang mendalam antara kedua negara," ujar Michael Kugelmen dari Woodrow Wilson Centre dilansir Channel News Asia, Jumat (23/10).

Ia mengatakan, AS kehilangan kesabaran setelah bertahun-tahun memberikan senjata dan uang kepada militer Pakistan. Namun, negara tersebut tidak melakukan apa-apa meski AS berulang kali meminta negara itu untuk menindak militan.

Sejak Sharif kembali ke kantor perdana menteri dua tahun lalu, kedua belah pihak telah membuat upaya menemukan bidang kerja sama.

Hubungan Amerika dengan Pakistan memiliki duri. Hubungan keduanya lahir dari sebuah ketergantungan yang dibumbui dengan saling curiga. Ikatan ini terjun ke krisis mendalam ketika dalang tragedi 9/11 Usamah bin Laden ditemukan tinggal di kota utama Pakistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement