REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemerintah Irak dilaporkan telah memberikan izin kepada Rusia untuk menyasar target ISIS di wilayah mereka. Demikian disampaikan pejabat senior Irak seperti dikutip MEE, kemarin.
Pemberian izin itu bisa memicu ketersinggungan Amerika Serikat yang selama ini menjadi sekutu dekat Irak dalam menghadapi iSIS.
Hakeem al-Zamil, kepala parlemen keamanan dan komite pertahanan mengatakan kepada Anadolu Agency, kontribusi Rusia bisa melemahkan kemampuan ISIS dengan memangkas jalur suplai mereka.
Belum ada pertanyaan langsung dari Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi. Namun ia pernah mengatakan, mengizinkan Rusia akan menganggu hubungan dengan AS.
Pemerintahan Abadi terus mendapat tekanan dari partai koalisi pendukung dan aliansi Syiah agar melibatkan Rusia. Saat ini Irak telah terlibat dalam koordinasi keamanan dengan Iran, Suriah, dan Rusia.
Pejabat keamanan Irak mengatakan kepada MEE beberapa waktu lalu, Rusia akan diajak untuk melakukan pengeboman ke ISIS. Ini karena serangan udara koalisi AS berjalan lambat dan tidak efektif.
"Mereka (koalisi AS), menolak untuk menyasar kendaraan pribadi, masjid, sekolah kendati pada faktanya Daesh (ISIS) menggunakan tempat-tempat ini sebagai markas," ujar pejabat itu.
Protokol AS untuk memverifikasi target juga memberikan waktu kepada ISIS untuk menyelamatkan senjata dan milisi mereka.
Rusia telah melancarkan operasi udara di Suriah atas permintaan Presiden Bashar al-Assad. Namun Moskow membuka peluang serangan ke Irak dengan syarat ada permintaan dari pemerintahan Baghdad.