REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON D.C -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) tiba di Gedung Putih pada Senin (26/10) sekitar pukul 14.30 waktu setempat untuk bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama.
Presiden Jokowi dengan menggunakan mobil tamu kenegaraan dengan plat nomor BJ-2957 tiba di Gedung Putih diikuti oleh sejumlah Menteri Kabinet Kerja.
Jokowi akan berada di Gedung Putih dan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Obama sampai sekitar pukul 15.40 waktu setempat.
Kunjungan itu merupakan kunjungan kerja Jokowi yang pertama sejak dilantik sebagai Presiden RI setahun 2014.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi saat konferensi pers di Blair House Washington DC, Ahad (25/10) malam waktu AS, mengatakan pembicaraan Presiden Jokowi dengan Presiden Obama akan meliputi empat hal pembahasan.
"Yang pertama mengenai Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia tapi pada saat yang sama Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar di dunia yang toleran, pluralis, dan sebagainya yang tidak dimiliki negara lain memberikan nilai strategis bagi Indonesia, dengan itu Indonesia siap memainkan peran sebagai jembatan," katanya.
Hal kedua soal ekonomi yang menekankan ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbuka yang siap meningkatkan bekerja sama ekonomi dengan AS dan dunia.
Dengan ekonomi yang terbuka, kata dia, menjadikan Indonesia lebih mudah bekerja sama dengan ekonomi negara manapun apalagi didukung dengan paket kebijakan yang akan sangat membantu Indonesia menyampaikan kepada dunia bahwa ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbuka.
Hal ketiga adalah Indonesia merupakan pasar digital terbesar di Asia Tenggara dengan pasar digital mencapai 12 miliar dolar AS pada 2014.
"Angka itu sangat berarti (kenaikannya) dibandingkan dengan pada 2013 yang sebesar 8 miliar dolar AS," katanya.
Pencapaian itu, kata Retno, belum ada campur tangan pemerintah di dalamnya.
"Kalau ada campur tangan pemerintah diproyeksikan pada 2020, Indonesia akan menjadi 'the biggest digital market' di Asia Tenggara," katanya.
Hal keempat yang akan dibicarakan yakni isu climate change mengingat kedua negara merupakan pemimpin negara besar.
"Goalnya karena Indonesia adalah negara besar maka kita berharap bahwa pertemuan ini membawa manfaat bagi kedua belah pihak dan dunia," katanya.