REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Dalam peringatan 20 tahun pembunuhan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin, Senin (26/10), Benjamin Netanyahu menyalahkan gagalnya pembicaraan damai karena Palestina menolak mengakui negara Israel.
Netanyahu, dalam rapat pleno di Knesset (parlemen Israel) mengatakan kematian Rabin menambah catatan panjang peristiwa traumatis rakyat Israel. Namun, fokus pembicaraan Netanyahu adalah konflik Palestina-Israel yang ingin diakhiri oleh Rabin.
"Ada alasan mendalam mengapa kami tidak mencapai perdamaian. (Palestina) tidak siap mengakui negara nasional orang Yahudi, mereka tidak benar-benar siap untuk mengakhiri konflik dan melupakan impian untuk kembali ke Haifa, Jaffa dan Acre," kata Netanyahu, yang sebagai pemimpin Likud adalah penentang vokal Persetujuan Oslo selama pemerintah Rabin terakhir.
Anggota Arab Knesset berjalan keluar dari sidang pleno menanggapi pernyataan Netanyahu.
Mengulangi poin yang ia buat sebelumnya dalam upacara di makam Rabin, Netanyahu mengatakan Israel memerangi hasutan dan teror dengan semua kekuatan.
"Kita semua tahu, perdamaian perlu berlabuh dalam keamanan. Kita perlu meniadakan harapan Palestina dan semua musuh kami, yang suatu hari akan menaklukkan kita dengan kekuatan pedang. Jika kita melonggarkan cengkeraman mereka pada kita, pedang mereka akan mengalahkan kita. Rabin memahami ini dengan baik. Dia adalah seorang pemimpin yang realistis," kata Netanyahu kepada anggota parlemen, dikutip dari Times of Israel.