REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Kepala pusat Arab Saudi yang mengkoordinasikan bantuan kemanusiaan mengaku ingin terjadi gencatan senjata di Yaman untuk memungkinkan pengiriman bantuan. Tetapi mereka tidak mempercayai kelompok militan Houthi untuk mematuhi gencatan senjata tersebut.
"Dari pengalaman kami sebelumnya, gencatan senjata itu tidak diakui dan melanggar. Jika ada gencatan senjata, maka itu harus gencatan senjata realistis,’’ kata pengawas umum pusat bantuan kemanusiaan Raja Arab Saudi Salman, Abdullah Al-Rabeeah, kepada wartawan seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Selasa (27/10).
Beberapa upaya gencatan senjata kemanusiaan telah gagal dengan pihak yang bertikai. Masing-masing pihak saling menyalahkan atas pelanggaran yang terjadi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut Yaman sebagai salah satu krisis kemanusiaan tingkat tertinggi, selain keadaan darurat di Sudan Selatan, Suriah, dan Irak.
Ia mengatakan lebih dari 21 juta orang di Yaman membutuhkan bantuan, atau sekitar 80 persen dari populasi. Dalam upaya untuk meningkatkan pengiriman komersial ke Yaman, Kepala bantuan PBB Stephen O'Brien mengatakan, PBB memiliki mekanisme untuk memeriksa setiap kapal mencurigakan yang mendekati pelabuhan Yaman.