REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bakteri patogen, termasuk yang berkaitan dengan radang atau iritasi kulit, telah ditemukan hidup di Stasiun Antariksa AS, demikian satu studi yang dilakukan badan antariksa AS, NASA.
"Di mana ada manusia, di sana ada bakteri, di ruang angkasa sekali pun. Temuan dalam studi ini membantu NASA menetapkan landasan bagi pemantauan kebersihan stasiun antariksa tersebut, yang pada gilirannya akan membantu menangani kesehatan astronot pada masa depan," kata NASA di dalam satu pernyataan.
Gravitasi yang sangat rendah diketahui mempengaruhi bakteri. Pendapat saat ini ialah gravitasi sangat rendah tidak mendukung kelangsungan hidup bakteri secara umum, tapi sebagian spesies yang bisa bertahan mungkin menjadi lebih ganas.
Berbagai stusi sebelumnya mengenai stasiun antariksa telah menggunakan teknik mikrobiologi tradisional, yang membudidayakan bakteri dan jamur di laboratorium, untuk menilai susunan komunitas mikroba.
Kasthuri Venkateswaran dari Jet Propulsion Laboratory NASA (JPL) dan rekannya sekarang telah menggunakan teknologi pengurutan DNA untuk dengan cepat dan tepat mengidentifikasi mikroorganisme yang ada di stasiun antariksa.
Tim tersebut membandingkan sampel dari satu filter udara dan satu kantung vakum dari stasiun antariksa dengan debu dari dua ruang kebersihan JPL yang merupakan lingkungan laboratorium yang sepenuhnya bersih dan terkendali.
Hasil mereka memperlihatkan bakteri yang berkaitan dengan kulit manusia, Actinobacteria merupakan bagian yang lebih besar dari komunitas mikroba di stasiun antariksa dibandingkan di ruang bersih. Hal ini dapat disebabkan ketentuan kebersihan yang lebih ketat dan mungkin diterapkan di Bumi.
Mereka juga menemukan Corynebacterium dan Staphylococcus ada di stasiun antariksa tersebut. Bakteri tersebut adalah dua jenis lain patogen yang kebanyakan tidak berbahaya di Bumi tapi dapat mengakibatkan infeksi yang menimbulkan radang atau iritasi kulit.
Namun para peneliti itu tidak menangani bahaya dari patogen itu di lingkungan tertutup atau risiko infeksi kulit pada astronot.
"Mempelajari komunitas mikroba di stasiun antariksa membantu kami lebih memahami keberadaan bakteri di sana sehingga kami dapat mengidentifikasi spesies yang berpotensi merusak peralatan atau menimbulkan bahaya bagi kesehatan astronot. Itu juga membantu kami mengidentifikasi daerah yang memerlukan pembersihan lebih teliti," kata Venkaterswaran.
Menurut badan antariksa AS tersebut, penelitian semacam itu juga akan penting bagi misi antariksa jangka panjang, seperti perjalanan NASA ke Planet Mars.