Jumat 30 Oct 2015 15:57 WIB

Rusia, Menuju Babak Baru Perang 'Afghansistan Kedua'

Pesawat Rusia SU-24 saat mendarat di pangkalan udara Heymim di Suriah.
Foto: Reuters
Pesawat Rusia SU-24 saat mendarat di pangkalan udara Heymim di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID,  MOSKOW -- Alexander Sokolov dengan bangga menunjukkan foto hitam putihnya 30 tahun yang lalu di pangkalan Soviet di Kabul, Afghanistan. Saat itu, ia menjabat sebagai petugas di bagian komunikasi.

Sokolov mengungkapkan, USSSR telah meninggalkan Aghanistan tidak terkalahkan setelah invasi 1979-1989. Pemerintah bentukan Moskow tidak mampu bertahan, dan negara itu terjebak ke perang sipil.

Hancurnya Soviet pada 1991 mengakhiri ambisi Moskow 'menguasai' negara Muslim itu. Kendati sudah lebih dari dua dekade, Perang Afghanistan sangat terasa oleh para veteran.

Ketika ditanya kembali tentang perang itu, Sokolov yang berusia 54 tahun itu pun mengaku sedih. Perang Afghanistan telah membuat setidaknya 15 ribu prajurit Soviet terbunuh.

"Banyak di antara mereka kini yang tidak senang dengan perang ini. Mereka mabuk-mabukan atau sakit-sakitan. Sayangnya negara tidak memberikan perhatian kepada mereka," ujarnya.

Kini lebih dari 25 tahun setelah penarikan pasukan Soviet ke Afghansitan, Rusia menghadapi perang baru, Suriah.

Beberapa hari setelah Rusia menempatkan pesawat tempurnya di Suriah dan menggelar operasi udara membela Presiden Bahsar al-Assad, sebanyak 78 persen mengatakan Moskow akan masuk ke dalam babak "Afghanistan Kedua". Survei itu dibuat oleh lembaga independen Levada Center yang dirilis awal Oktober.

"Kita akan masuk ke Afghanistan baru. Untuk 10 tahun lagi dengan puluhan ribu orang tewas," ujar Arkady Babchenko, koresponden perang kepada situs Open Russia.   

Hingga kini Rusia mengaku belum berniat untuk menerjunkan pasukan darat. Mereka hanya akan melancarkan serangan udara ke target yang telah ditetapkan.

Sementara Ramzan Kadyrov, salah satu politikus Chechnya pendudung Kremlin mengatakan, ia akan menerjukan pasukan khusus Chechen melawan ISIS jika Presiden Putin memerintahkan.

sumber : Aljazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement