REPUBLIKA.CO.ID,DEN HAAG -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengungkapkan Israel telah menolak tawaran Amerika Serikat untuk menjadi penengah dalam sebuah pembicaraan dengan Palestina. Pembicaraan sendiri bertujuan untuk menenangkan hasutan kekerasan dari kedua belah pihak.
"Sebuah proposal dari Amerika untuk memecahkan masalah hasutan di kedua sisi telah dilayangkan, tapi Israel menolak itu," kata Abbas, seperti dilansir Times of Israel, Sabtu (31/10).
Dalam beberapa pekan terakhir, para pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah berulang kali menuduh Abbas memicu lonjakan terorisme, dengan menjajakan kebohongan tentang rencana Israel mengubah status quo di kompleks Al Aqsa.
Abbas sendiri berada di Belanda untuk mendesak Mahkamah Pidana Internasional memajukan penyelidikan tentang Israel, yang berencana melakukan kejahatan perang melalui gelombang kekerasan.
Ia menegaskan tidak bermaksud untuk meninggalkan kesepakatan 1993 yang ditandatangani oleh Israel dan Palestina.
Lebih dari 70 warga Palestina tewas dalam kekerasan yang belakangan terjadi, yang sebagian besar dilakukan pasukan Israel dengan dalih warga Palestina melakukan penusukan. Selain itu, warga Palestina juga banyak terbunuh saat melakukan aksi protes.
Sebelumnya, Abbas juga telah meminta jaksa ICC Fatou Bensouda, untuk mempercepat penyelidikan awal terhadap Israel dan menyerahkan berkas baru dugaan pembunuhan dan hukuman kolektif kepada pasukan Israel.