REPUBLIKA.CO.ID, MAIDUGURI -- Dibalik dinding berkarat toko roti Nigeria itu, para lelaki muda yang dipaksa keluar dari rumah mereka oleh Boko Haram, menemukan tempat bernaung.
Entah apa yang Boko Haram lakukan pada generasi muda Nigeria, menghilangkan harapan mereka atau membuatnya lebih kuat. Orang tua mereka tewas dalam serangan-serangan bunuh diri, penembakan, hingga penculikan.
Anak-anak para korban kemudian terlantar. Pemerintah pun tidak menggantikan peran orang tua mereka untuk melindungi dan memberikan penghidupan yang layak. Hanya sesama penduduk yang bisa membantu, juga dalam keterbatasan.
"Pernah dengar tentang orang yang membuat roti dan pengungsi?" kata seorang pria tua Nigeria pada kontributor BBC. Pertanyaan itu menjadi awal mula cerita tentang beberapa anak terlantar Nigeria.
Maiduguri adalah kota besar yang merupakan ibu kota negara bagian Borno. Meski kota besar, Boko Haram membuatnya seperti kota tua yang rapuh dan kumuh.
Dalam sebuah bangunan yang lebih banyak dibuat dari seng dan dinding tidak berlapis cat, anak-anak terlantar berkumpul. Mereka berbagi tugas membuat roti. Tentu dengan barang dan bahan seadanya.
Pria tua yang menampung mereka berbaik hati memberi mereka tempat untuk tidur di malam hari dan pekerjaan untuk mengisi siang hari. Pria tua yang berusia sekitar 50an tahun itu baru saja pulang dari masjid pada Jumat pekan lalu.