REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Jatuhnya pesawat Rusia di Semenanjung Sinai, Mesir tidak menutup kemungkinan karena serangan teroris.
Seperti diberitakan Channel4, Senin (2/11) juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan tidak ada teori tentang penyebab kecelakaan yang bisa dikesampingkan pada tahap ini.
Sementara menurut para ahli, pesawat melakukan perjalanan terlalu tinggi untuk terkena luncuran rudal dari darat. Mereka juga tidak mengesampingkan kemungkinan ditanamnya bahan peledak di dalam pesawat.
Wakil Direktur Metrojet, Alexander Smirnov mengatakan, kesalahan teknis di pesawat tidak bisa menyebabkannya meledak di udara. Kesalahan teknis hanya bisa berdampak mekanis di pesawat.
Menurutnya, satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk kecelakaan Airbus321 itu adalah karena kegiatan eksternal. Pesawat yang membawa 224 orang itu jatuh setelah lepas landas dari Sharm el-Sheikh, Mesir ke St. Petersburg. Dini hari tadi pesawat pemerintah membawa 140 korban ke St. Petersburg.
Metrojet mengatakan, kedua mesin pesawat telah diperiksa di Moskow pada 26 Oktober. Kru telah melaporkan tidak ada masalah dengan pesawat.
Otoritas Penerbangan Irlandia mengatakan, pesawat itu terdaftar di Irlandia untuk Willmington Trust SP Service (Dublin) Ltd dan disewakan kepada maskapai Rusia Kogalymavia. Pesawat tersebut menerima sertifikat kelaikan udara awal tahun ini.
Namun, berdasarkan aturan internasional, Rusia bertanggung jawab untuk semua pemeriksaan di pesawat.