Senin 02 Nov 2015 23:15 WIB

Jenazah Pesawat Jatuh Diserahkan ke Pemerintah Rusia

Badan pesawat Rusia yang hancur di wilayah gurun Hassana, dekat Kota el-Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu (31/10).
Foto: EPA
Badan pesawat Rusia yang hancur di wilayah gurun Hassana, dekat Kota el-Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, ST PETERSBURG -- Gelombang pertama jenazah korban jatuhnya pesawat di Mesir yang menewaskan seluruh 224 penumpang, sebagian besar warga Rusia akhir pekan ini, tiba di St Petersburg, Senin pagi menggunakan pesawat pemerintah Rusia.

Pesawat Airbus A321 naas yang dioperasikan oleh maskapai Rusia Kogalymavia itu, tengah membawa pelancong dari tempat wisata Sharm el-Sheikh di Laut Merah menuju St Petersburg, ketika jatuh di semenanjung Sinai pada Sabtu pagi.

Pejabat Rusia mengatakan pesawat itu diduga pecah di udara namun mereka menekankan, masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan. Presiden Vladimir Putin menyatakan hari berkabung nasional pada Ahad (1/11).

Kantor berita Rusia melaporkan bahwa pesawat pertama Il-76 milik Kementerian Situasi Darurat mendarat di lapangan terbang Pulkovo di St Petersburg menjelang pukul 06.00 waktu setempat, membawa 144 mayat.

Kementerian tersebut mengatakan pesawat selanjutnya yang membawa mayat akan meninggalkan Kairo pada Senin petang, menuju St Petersburg. Begitu mendarat, mayat-mayat pertama itu diangkut dengan tandu dan dibawa ke sebuah truk putih besar yang menunggu di landasan di lapangan terbang Pulkovo.

Fotografer Reuters menyaksikan truk putih itu meninggalkan bandara dengan dikawal mobil polisi. Mereka menuju rumah mayat di St Petersburg untuk mengidentifikasi mayat-mayat itu. Proses identifikasi dimulai sekitar pukul 11.00 waktu setempat.

Pada Ahad, warga Rusia yang berkabung meletakkan karangan bunga di bandara Pulkovo untuk mengenang para korban. Warga di Moskow meletakkan lilin-lilin hingga tersusun kata 7K-9268, nomor penerbangan pesawat naas itu.

Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet lain mempunyai catatan keselamatan udara yang buruk, terutama untuk penerbangan domestik. Beberapa kecelakaan dituding akibat penggunaan pesawat-pesawat yang sudah tua, namun pakar industri tersebut merujuk pada masalah lain seperti kurangnya pelatihan untuk kru serta lemahnya kontrol pemerintah.

Otoritas St Petersburg memutuskan bahwa hari berkabung resmi akan berakhir hingga Selasa di kota terbesar kedua Rusia itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement