Selasa 03 Nov 2015 07:18 WIB

Wartawan Hilang Dijadikan Nama Jalan di Paris

Rep: Gita Amanda/ Red: Dwi Murdaningsih
Kekerasan Wartawan
Foto: Antara
Kekerasan Wartawan

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Organisasi Reporters Without Borders atau Reporter Lintas Batas (RSF) melancarkan aksi protes yang tak biasa di Paris dalam rangka mendukung kebebasan pers. Mereka mengganti sejumlah nama jalan di Paris untuk sementara, dengan nama sejumlah wartawan yang telah dibunuh, disiksa atau hilang.

Dilansir laman Aljazirah, RSF menutup tanda jalan biasa dengan nama jalan buatan mereka sendiri pada Senin (2/11). Langkah tersebut dilakukan untuk menandai Hari Internasional PBB yang memprakarsai Penghentian Impunitas untuk Kejahatan Terhadap Jurnalis.

Ada 12 nama jalan yang diganti sementara oleh RSF. Jalan-jalan tersebut umumnya dekat dengan kedutaan dari masing-masing negara asal jurnalis yang menjadi korban.  

Salah satu jalan dekat Kedutaan Pakistan diberi nama Syed Saleem Shahzad. Shahzad merupakan seorang wartawan Pakistan yang diculik, disiksa serta dibunuh di Islamabad empat tahun lalu.

Di dekat Kedutaan Bahrain RSF mengganti jalan menjadi Nazeeha Saeed. Saeed diketahui merupakan wartawan Bahrai yang disiksa pada 2011.

Sekretaris Jenderal RSF Christophe Deloire mengatakan, kasus-kasus impunitas yang mereka sajikan merupakan simbol mengerikan yang pasif. Menurutnya hari internasional ini merupakan kesempatan untuk memberi penghormatan kepada para korban serta mengingatkan pemerintah akan kewajiban melindungi wartawan dan memerangi impunitas.

"Mereka yang menargetkan wartawan suatu hari nanti akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka," katanya.

Majelis Umum PBB pada 2013 lalu menetapkan, 2 November sebagai Hari Internasional yang memprakarsai Pengakhiran Impunitas untuk Kejahatan terhadap Jurnalis. Tanggal tersebut dipilih untuk menghormati dua wartawan Prancis yang tewas dibunuh di Mali tepat ditanggal tersebut.

Dalam satu dekade terakhir ada sekitar 700 wartawan yang telah tewas berkaitan dengan tugas mereka. Eritrea merupakan negara terburuk bagi kebebasan pers selama tujuh tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement