REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas paguyuban kesenian reog ponorogo Jabodetabek, Senin (2/11) menemui pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia untuk menanyakan pembakaran perangkat reog di Konsulat Jenderal Republik Indonsia (KJRI) di Davao City, Filipina.
Direktur Informasi dan Media Kemenlu Indonesia Siti Sofia Sudarma mengatakan, sebanyak enam pengurus reog Ponorogo menemui pihaknya menyampaikan kekecewaannya terkait pembakaran tersebut.
Dalam pertemuan itu, komunitas juga menyampaikan pembakaran itu melukai perasaan komunitas reog Ponorogo dan bentuk perusakan aset budaya yang menjadi warisan budaya indonesia.
‘’Mereka juga memberikan surat ke Menlu dan meminta Kemenlu klarifikasi kasus ini, mulai dari kronologi, motif, hingga pelakunya. Kami menampung semua keprihatinan mereka dan akan menyampaikan surat tersebut ke ibu Menlu (Retno Marsudi),’’ katanya kepada Republika.co.id, Selasa (3/11).
Siti mengaku sebenarnya telah mengklarifikasi ke Konjen RI di Davao City melalui telepon. Pihak Konjen, kata dia, mengakui melakukan pembakaran itu. Dia menambahkan, pembakaran terpaksa dilakukan karena alat kesenian yang telah berusia 30 tahun tersebut kondisinya sudah rusak dan dimakan rayap.
Ketika Siti mengatakan alasannya, salah satu anggota komunitas yang mendonasikan perlengkapan tersebut ke KJRI membantahnya.
Anggota komunitas tersebut mengatakan, perlengkapan itu buatan 2007 dan dinilai belum terlalu rapuh. Siti dalam waktu dekat mengirimkan tim untuk meninjau langsung ke lapangan. Langkah ini sekaligus mengklarifikasi pembakaran perlengkapan reog.
"Kami belum tahu kapan tim akan berangkat ke sana, tetapi yang jelas sesegera mungkin. Tinggal menunggu perintah dari pimpinan," ujarnya.