Selasa 03 Nov 2015 20:14 WIB

Israel Pasang Palang Baja, Akses Warga Ramallah Diblokir

Rep: c25/ Red: Ani Nursalikah
Pengunjuk rasa Palestina melemparkan batu ke kendaraan militer Israel selama bentrokan dengan pasukan Israel di dekat Ramallah, Tepi Barat, Kamis, 8 Oktober 2015.
Foto: AP
Pengunjuk rasa Palestina melemparkan batu ke kendaraan militer Israel selama bentrokan dengan pasukan Israel di dekat Ramallah, Tepi Barat, Kamis, 8 Oktober 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pasukan Israel memasang gerbang baja di pintu masuk utama menuju desa Ein Yabrood, Ramallah. Pemasangan sudah dilakukan pasukan Israel sejak Selasa pagi.

Dilansir dari Maan News, Selasa (3/11), pasukan Israel mengekang akses keluar dan masuk warga Palestina di desa Ein Yabrood dengan memasang gerbang baja di pintu masuk utama desa tersebut. Mereka berdalih itu merupakan prosedur hukuman akibat bentrokan yang terjadi pada Senin (2/11) kemarin.

Penduduk setempat mengungkapkan mereka sudah tidak bisa melintas sejak gerbang itu dipasang, yang akhirnya memaksa mereka mengambil rute lain yang lebih jauh untuk menuju kota Ramallah dan desa-desa tetangga.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan pintu masuk desa telah diblokir karena penembakan di halte bus dan menimpa pemukim Israel. Mereka menuduh penembakan dilakukan warga Palestina yang melarikan diri.

Padahal, tidak ada satu orang pemukim Israel yang terluka akibat insiden itu.

Mereka mengumumkan situasi akan kembali ditinjau pada hari-hari berikutnya, sehingga warga Palestina harus menggunakan alternatif jalan yang jauh sampai saat yang ditentukan.

Pasukan Israel menerapkan pembatasan kebebasan warga Palestina melalui kombinasi kompleks pos pemeriksaan tetap dan penutupan jalan.

Meski begitu, jalan-jalan yang tertutup diperbolehkan dilintasi para pemukim Yahudi.

Kelompok HAM Israel B'Tselem mengutuk pembatasan ini dan menyebutnya sebaga hukuman kolektif.

Menurut mereka, sekalipun niat mereka adalah untuk mencegah serangan terjadi kepada pemukim Israel, mereka akan melanggar hukum internasional karena melakukan sweeping yang tidak proporsional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement