REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Polisi Thailand, Rabu (4/11), mengatakan sedang menyelidiki perwira militer penting sebagai bagian dari penyelidikan utama terkait jaringan tertuduh penghina kerajaan.
"Polisi menyelidiki tuduhan keterlibatan jenderal dan kolonel. Jika sudah menemukan bukti kuat, kami akan segera mengeluarkan perintah penangkapan," kata juru bicara kepolisian Mayor Jenderal Piyaphand Pingmuang.
Menurut laporan media, sekitar 40 hingga 50 perwira militer mungkin terlibat.
Penyelidikan tersebut meningkatkan pengawasan hukum dunia tentang penghinaan terhadap kepala negara, yang menurut pengamat sering digunakan sebagai alat politik untuk menyudutkan atau membungkam lawan politik.
Penghinaan itu muncul di tengah kegelisahan terkait kesehatan pemimpin Thailand yang sedang sakit, Raja Bhumibol Adulyadej (87 tahun), dan kecemasan tentang siapa pewaris yang akan menggantikannya.
Pengumuman pada Rabu (28/10) merupakan perkembangan terbaru dalam proses yang dimulai sejak 2014, dan telah melibatkan para perwira tinggi polisi, mantan putri, beberapa kerabatnya, serta seorang peramal.
Hukum Thailand mengatur segala tindakan yang dianggap penghinaan atau ancaman terhadap kerajaan. Pelakunya dapat dikenai ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Polisi mengatakan penyelidikan terbaru berkaitan dengan skandal korupsi kelas atas pada 2014 yang melibatkan Pongpat Chayapan, seorang perwira tinggi polisi sekaligus paman mantan Putri Srirasmi.
Srirasmi merupakan mantan istri Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn. Srirasmi melepaskan gelar kerajaannya pada Desember, di puncak penyelidikan. Kerabat mantan putri itu dituduh menyalahgunakan nama besar Sang Pangeran untuk menghasilkan uang.
Selama penyelidikan, tiga orang telah dijadikan tersangka.
Oktober lalu, Kepala Polisi Jakhtip Chaijinda memperlihatkan kepada para wartawan foto-foto mobil mewah, senjata, jam, dan jimat agama yang menurut polisi merupakan bukti terkait tiga pria yang ditahan karena diduga mengklaim hubungan palsu dengan keluarga kerajaan demi keuntungan pribadi.
Salah satu orang yang ditahan dan merupakan perwira tinggi polisi, meninggal di dalam penjara. Polisi mengatakan ia gantung diri di dalam selnya, namun menolak untuk melakukan autopsi.
Sejak militer mengambil alih kekuasaan pada 2014, lebih dari 50 orang telah diselidiki terkait penghinaan terhadap kerajaan, kata iLaw, sebuah kelompok pengawas hukum yang berbasis di Bangkok. Sebagian besar pelaku perkara itu dihukum penjara.