Kamis 05 Nov 2015 08:59 WIB

Bom Diduga Penyebab Pesawat Rusia Jatuh di Sinai

Rep: Gita Amanda/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Badan pesawat Rusia yang hancur di wilayah gurun Hassana, dekat Kota el-Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu (31/10).
Foto: EPA
Badan pesawat Rusia yang hancur di wilayah gurun Hassana, dekat Kota el-Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat di Amerika Serikat dan Inggris mengatakan, intelijen mereka menunjukkan kemungkinan adanya bom di pesawat Rusia yang jatuh di Mesir. Namun mereka mengatakan, belum mencapai kesimpulan formal.

Seperti dilansir laman BBC News, Mesir selama ini telah menolak klaim militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang mengatakan telah menembak jatuh pesawat. Ahli Rusia juga mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan hal itu.

Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan, mereka telah menyimpulkan adanya kemungkinan signifikan bahwa kecelakaan disebabkan bahan peledak di dalam pesawat. Ini disampaikan Hammond setelah pertemuan panitian respon krisis pada Rabu (4/11) malam.

Akibatnya, Inggris menurut Hammond telah menangguhkan semua penerbangan dari dan ke Sharm el Sheikh tanpa batas waktu. Sebelumnya diketahui pada Sabtu (31/10), pesawat menuju St Petersburg jatuh di Sinai 23 menit setelah lepas landas dari Sharm el-Sheikh.

Sebelumnya, kantor Perdana Menteri David Cameron mengatakan pakar penerbangan Inggris telah dikirim ke Sharm el-Sheikh untuk menilai situasi keamanan di sana.

Sementara Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry menyebut respon Inggris prematur dan tidak beralasan. Ia mengatakan kepada BBC bahwa Mesir telah mengambil "langkah-langkah luar biasa", untuk meningkatkan keamanan di bandara Sharm el-Sheikh.

Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita Associated Press mereka telah mencapai "kesimpulan sementara", setelah menyadap alat komunikasi. Menurutnya afiliasi ISIS di semenanjung Sinai telah menanam bahan peledak di pesawat.

"Sebuah bom adalah skenario yang sangat mungkin," kata pejabat AS lainnya.

Tapi para pejabat menekankan bahwa bukti forensik, termasuk perekam penerbangan, masih sedang dianalisis. Pada hari Selasa, media AS melaporkan bahwa satelit militer telah mendeteksi adanya "kilatan panas" sesaat sebelum pesawat jatuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement