REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para pejabat Inggris dan Amerika Serikat pada Rabu (4/11) mengatakan, mereka memiliki informasi bahwa pesawat Rusia yang jatuh di wilayah Semenanjung Sinai Mesir, kemungkinan disebabkan bom di dalam pesawat.
Meski belum terbukti kebenarannya, namun pemerintah Inggris telah melancarkan langkah pengamanan dengan menangguhkan penerbangan dari dan ke Sinai.Pejabat AS mengatakan, hasil kesimpulan sementara dari informasi intelijen kedua negara menyatakan, kelompok di Sinai yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menaruh bom di pesawat.
Namun pejabat dan lainnya mengatakan tak ada konfirmasi resmi dari CIA atau badan intelijen lain. Sebab bukti forensik dari lokasi ledakan termasuk kotak hitam masih dianalisis. Pejabat yang berbicara dengan syarat anonim itu menambahkan, berdasarkan analisis intelijen operasi pengeboman ini tidak dilakukan ISIS.
Tapi mereka percaya ini dilakukan dan direncanakan oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Sinai.Senada dengan itu, Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan kemungkinan besar kecelakaan disebabkan oleh bom.
Untuk itu sebagai langkah pengamanan, mereka menangguhkan sementara penerbangan dari dan menuju bandara Sharm el-Sheikh Sinai hingga waktu yang tak ditentukan. Usai pertemuan dengan komite krisis Inggris, Hammond juga menyarankan warga Inggris untuk tak pergi berlibur ke Sharm el-Sheikh. Padahal lokasi tersebut kerap dikunjungi ratusan ribu warga Inggris setiap tahunnya.
Sementara itu peneliti Rusia dan Mesir mengatakan pada Rabu, perekam suara kokpit Metrojet Airbus 321-200 menyatakan perekam suara kokpit mengalami kerusakan besar akibat kecelakaan yang menewaskan 224 orang tersebut. Beruntung informasi dari perekam data penerbangan berhasil disalin dan diserahkan kepada penyidik.
Pejabat penerbangan Rusia mengatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk mencari tahu kemungkinan adanya obyek yang disimpan di pesawat sebagai penyebab bencana.