Jumat 06 Nov 2015 08:17 WIB

Kisah Bayi 13 Bulan yang Jadi Penumpang Selamat Pesawat Jatuh

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Bilal Ramadhan
Bayi berusia 13 bulan, Nyalou Thong setelah selamat dari kecelakaan pesawat di Sudan Selatan
Foto: National Post
Bayi berusia 13 bulan, Nyalou Thong setelah selamat dari kecelakaan pesawat di Sudan Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Seorang bayi berusia 13 bulan dan seorang pria menjadi korban selamat dari pesawat kargo yang jatuh di Sudan Selatan, Rabu (4/11). Pesawat tersebut jatuh sesaat setelah lepas landas dari bandara dan menewaskan 37 orang.

Seperti diberitakan News.com, adalah Nyalou Thong, bayi yang selamat meski mengalami patah kaki dan luka di keningnya. Seorang presenter televisi negara Sudan Selatan, Achol Deng merupakan orang pertama yang berada di tempat kejadian.

Ia menemukan bayi tersebut masih hidup di dekat reruntuhan, berbaring di dada seorang pria yang juga terluka dalam kecelakaan tersebut. Deng dan yang lainnya segera membawa bayi tersebut ke rumah sakit untuk perawatan. "Rasanya seperti campur tagan Tuhan," ujar Deng.

Pria tersebut yang mendekap Nyalou Thong selamat. Ia menderita luka parah di kepala, lengan dan kaki. Ayah bayi Nyalou Thong, Thong Deng segera terbang ke Juba dari rumahnya di Paloich setelah mendengar kejadian tersebut.

Ibu dan kakak bayi itu dikabarkan tewas dalam kecelakaan, Nyalou Thong merupakan satu dari dua korban selamat. Kepala Otoritas Penerbangan Sipil Sudan Selatan, Stephen Warikozi mengatakan pesawat tersebut tidak berwenang untuk mengangkut penumpang.

Ia mengatakan, kapten Antonov AN-12 memberitahu menara kontrol d Bandara Internasional Juba sebelum lepas landas. Kapten melaporkan memeiliki 12 penumpang dan enam awak. Namun diyakini ada lebih banyak orang di dalam pesawat.

Warikozi mengatakan, kapasitas kargo pesawat adalah sekitar 14 ton dan menurut manifest kargo, pesawat itu membawa kapasitan maksimum untuk kargo. Kelebihan beban mungkin menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Lokasi jatuhnya yang dekat Sungai Nil membuat tim ahli PBB di Sudan Selatan untuk menyelam mencari korban di sungai tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement