REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menangguhkan penerbangan pesawat ke Mesir, Jumat (6/11). Penangguhan penerbangan membuat hampir 80 ribu warga Rusia terdampar, terutama di resor Laut Merah Hurghada dan Sharm al-Sheikh.
Rusia menghentikan penerbangan ke Mesir setelah menolak dugaan bahwa pesawat itu dibom oleh afiliasi kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebagai aksi balas dendam serangan udara Rusia di Suriah terhadap pejuang Islam.
Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan, keputusan untuk menangguhkan penerbangan tidak berarti bahwa pihaknya percaya kecelakaan itu disebabkan oleh serangan yang disengaja. Analis politik, Stanislav Belkovsky mengatakan, Putin memahami bahwa ini adalah serangan teror.
Serangan ini merupakan konsekuensi langsung dari langkah militer di Suriah yang tidak bisa dibenarkan dari sudut pandang kepentingan nasional Rusia. ‘’Tapi di sisi lain, mari kita berpura-pura bahwa hal ini tidak benar," katanya seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Ahad (8/11).
Menteri Pariwisata Mesir Hesham Zaazou mengatakan Kairo menyesalkan penangguhan penerbangan dan mengklaim telah melakukan semua upaya untuk mengamankan bandara dan lokasi wisata. ‘’Saya akan terbang ke Sharm al-Sheikh untuk mengawasi langkah-langkah untuk mendukung wisatawan yang ada,’’ ujarnya.