REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Perdana Menteri Narendra Modi sedang menuju kekalahan pada pemilu kunci di negara bagian Bihar, India, Ahad (8/11). Hal ini menandakan memudarnya kekuatan Modi yang sampai saat ini memiliki reputasi yang tak tertandingi sebagai pemenang suara.
Kekalahan di salah satu negara bagian terbesar India ini akan menjadi kemunduran untuk Modi. Ini juga bisa menjadi halangan Modi dalam meluluskan reformasi ekonomi. Pasalnya, ia perlu banyak suara untuk mendapatkan kontrol penuh parlemen.
Aliansi anti-Modi memimpin dalam 125 kursi di 243 kursi majelis regional. Partai Modi, Bharatiya Janata Party mengamankan 103 kursi dari 238. Ini menjadi pukulan berat untuk kepemimpinannya setelah ia berkampanye secara aktif di seluruh negara bagian timur miskin.
"Hasilnya sudah terlihat. Sulap Modi telah gagal dan kami telah jelas memenangkan pertempuran," kata Sanjay Singh, juru bicara partai regional yang dipimpin oleh Ketua Menteri Bihar, Nitish Kumar.
Bihar adalah ukuran dari banyak permasalahan politik India dan hasilnya akan memiliki dampak langsung pada Modi. Jika independen, 104 juta penduduknya akan menjadi negara terbesar ke-13 di dunia, lebih padat dari Jerman.
Modi mengubah pemilu menjadi referendum tentang kepemimpinan setelah ia menjabani setidaknya 30 kampanye terbuka. BJP adalah minoritas di majelis tinggi parlemen, di mana kursi dialokasikan sesuai dengan kekuatan partai di negara-negara.
Hal ini memungkinkan oposisi untuk memblokir reformasi Modi, termasuk perbaikan terbesar dari pajak sejak kemerdekaan pada tahun 1947. Hasil resmi belum bisa ditentukan namun menjelang siang semua saluran TV memprediksi kemenangan bagi Kumar.