REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa bunuh diri sering terjadi pada siswa atau pelajar berusia paling muda di kelasnya.
Lebih dari 25 ribu laki-laki dan perempuan di Negara Matahari Terbit ini bunuh diri sepanjang 2014.
Sepanjang 1989-2010, satu dari 800 orang berusia 15-25 tahun di Jepang mengakhiri kehidupan mereka dengan bunuh diri. Perbedaan usia yang relatif di sekolah tampaknya cukup berbahaya.
Di seluruh dunia, anak-anak yang lebih muda sering menjadi sasaran anak-anak yang lebih tua di sekolah. Mereka yang muda akhirnya depresi dan bunuh diri.
Akan tetapi, peneliti masih belum menemukan hubungan langsung antara usia relatif muda dengan bunuh diri dalam literatur akademik ulasan Tetsuya Matsubayashi dan Michiko Ueda. Di Jepang, anak-anak sudah bisa masuk sekolah diusia lima atau enam tahun. Jika anak berusia enam tahun saat masuk sekolah, maka tingkat bunuh diri mereka lebih kecil.
"Pendidikan pada tahap awal kehidupan memainkan peran penting dimasa depan," tulis Matsubayashi dan Ueda, dilansir dari Pacific Standard Magazine, Selasa (10/11).
Kedua peneliti ini menganalisis data yang dikumpulkan dari Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Sosial.
Anak yang lahir antara 1989-2010 diakhir tahun memiliki tingkat bunuh diri lebih tinggi dibandingkan mereka yang lahir diawal tahun, mencapai 0,126 persen. Mereka yang berulang tahun tujuh hari menjelang 2 April (tahun ajaran baru di Jepang) memiliki presentase bunuh diri 0,034 persen.