REPUBLIKA.CO.ID, NORTHERN TERRITORY -- Luas. Itu kesan pertama kali mengunjungi peternakan pembiakan sapi milik peternak Markus Rathsmann (55 tahun) di Mount Ringwood Station, Adelaide River, Northern Territory, Australia.
Butuh dua jam perjalanan dari Darwin untuk mencapai peternakan dengan luas 40 ribu hektare ini.
"Luas peternakan milik saya 400 kilometer persegi atau 40 ribu hektare," jelas Markus saat ditemui jurnalis Indonesia yang datang atas kerja sama dengan Australia Plus ABC International pada September 2015.
Kala ditemui pada siang hari, Markus memakai baju ala koboi, memakai topi anyaman yang bundar, kemeja biru gelap lengan pendeknya tak dikancingkan penuh hingga terlihat bulu dadanya yang lebat, celana jins biru pudar dengan sabuk cokelat, dan sepatu bot cokelat muda.
(Baca: Di Australia, Helikopter Jadi Alat Penggembala Sapi)
Keringat terlihat bercucuran di wajahnya yang tampak merah. Baju dan tubuhnya sudah terciprat debu-debu tanah peternakan di sana-sini. Ujung jari-jari tangannya sudah menghitam kena tanah dan mengering. Cuaca Northern Territory sedang panas, matahari terik menyengat.
"Memasuki musim kering. Hujan sama sekali tak datang beberapa pekan ini," celetuk Markus.
Saat itu, dia tengah melakukan sterilisasi pada sapi-sapi betina yang dianggapnya tak produktif lagi. Sapi indukan yang tak produktif lagi disterilisasi untuk dijadikan sapi potong ke pasar, diserahkan ke rumah potong hewan atau diekspor. Tujuannya, memastikan sapi tidak hamil kala sudah dijadikan sapi potong.