REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Laporan terbaru dari Family Planning 2020 (FP2020) menunjukkan penggunaan alat kontrasepsi di negara-negara miskin dunia saat ini semakin tinggi. Jumlahnya meningkat sebanyak 24,4 juta atau menjadi 290,6 juta pengguna hanya dalam waktu tiga tahun terakhir.
Ini mengindikasikan semakin banyak perempuan yang secara sukarela menunda kehamilan. FP2020 mengambil langkah signifikan supaya target penambahan 120 juta perempuan dalam menggunakan alat kontrasepsi modern di dunia hingga 2020. Ini juga dalam rangka aksi dan komitmen dari 2012 London Summit on Family Planning.
"Target kami memang ambisius, namun kami yakin bisa tercapai. Melalui kemitraan global ini, kami harus bekerja sama memberdayakan perempuan dan anak perempuan untuk merencanakan kehidupan, keluarga, dan masa depan mereka sendiri," kata Direktur Eksekutif FP2020, Beth Schlachter Jumat (13/11).
Schlachter mengatakan tambahan 24,4 juta perempuan pengguna alat kontrasepsi dalam satu tahun terakhir saja berhasil menunda 80 juta kehamilan yang tak diingnkan. Ini juga menghindari 26,8 juta kegiatan aborsi, dan 111 ribu kematian ibu.
Gerakan Keluarga Berencana Global 2020 terus menambah partisipasi berbagai negara untuk berkontribusi. Tahun ini, kata Schlachter, pemerintahan Madagaskar, Mali, Nepal, dan Somalia resmi bergabung.