Jumat 13 Nov 2015 15:18 WIB

Lebanon Berkabung Nasional Pascaserangan Bom Bunuh Diri

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Tentara dan warga Lebanon berkumpul dekat lokasi ledakan bom bunuh diri kembar di Burj al-Barajneh, selatan Beirut, Lebanon, Kamis, 12 November 2015.
Foto: AP Photo/Bilal Hussein
Tentara dan warga Lebanon berkumpul dekat lokasi ledakan bom bunuh diri kembar di Burj al-Barajneh, selatan Beirut, Lebanon, Kamis, 12 November 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon akan menggelar hari berkabung nasional pada Jumat (13/11) pascainsiden serangan bom bunuh diri yang menewaskan 43 orang di selatan Beirut. PBB mengutuk insiden tersebut dan menyebutnya tercela.

Televisi dan media lokal mendedikasikan laman khusus untuk mengenang insiden. "Tidak dapat diterima," tulis halaman depan koran L'Orient Le Jour. Harian lain al Diyyar memajang foto yang berisi mayat pengebom dengan kepala tanpa tubuh.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengutuk serangan tersebut dan mendesak pihak keamanan Lebanon bertindak tegas. "Pemerintah tidak boleh membiarkan aksi tercela ini menghancurkan negara yang sejak dulu tenang," kata dia.

Insiden bom bunuh diri yang terjadi pada Kamis merupakan serangan pertama sejak lebih dari setahun lalu. Serangan tersebut menargetkan basis kuat Hizbullah di Lebanon. ISIS mengklaim serangan tersebut.

Harian pro-Hizbullah, al Akhbar pada Jumat juga mengeluarkan laman kecamannya. "Tidak ada ruang untuk mundur," kata mereka pascakelompok tersebut memperingatkan perang panjang melawan musuh-musuhnya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement