REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Federica Mogherini mengatakan pada Sabtu (14/11) bahwa serangkaian serangan-serangan berdarah di Paris telah memberikan arti baru bagi usaha-usaha global untuk menyelesaikan perang di Suriah.
Sebanyak 20 negara dan lembaga dunia bertemu di Wina dalam usaha menghentikan konflik yang berlangsung hampir lima tahun yang telah merenggut 250. ribu jiwa, memicu krisis pengungsi di Eropa dan menaikkan perhatian kepada kelompok Negara Islam yang menteror banyak negara di meja pembicaraan.
"Inilah hari sedih lain dan pertemuan yang kami selenggarakan di Wina hari ini merupakan jenis arti lain," kata Mogherini ketika ia tiba untuk mengikuti pertemuan itu.
"Negara-negara yang duduk di meja ini hampir semua mengalami kepedihan yang sama, teror yang sama, kaget yang sama selama beberapa pekan lalu," kata dia merujuk kepada Paris, Lebanon, Rusia, Mesir dan Turki.
Gelombang serangan terkoordinasi menyebabkan 128 orang meninggal dan 180 orang lainnya cedera di Paris pada Jumat (13/11) malam, sehari setelah bom kembar di Beirut merenggut 44 jiwa, dan hampir dua pekan setelah kelompok Negara Islam menjatuhkan satu jet Rusia yang bertolak dari Mesir. Sebanyak 224 awak dan penumpang pesawat tersebut meninggal dalam peristiwa itu.
"Ini memberitahu kepada kami sangat jelas bahwa kami semua bersama-sama merasakan. Orang-orang Eropa, Arab, Timur dan Barat kami semua terpengaruh oleh terorisme dan mereka yang mencoba dan membagi kami," ujar dia. "Tanggapan datang bersama, mengatasi perbedaan kita dan mencoba bersama menuju perdamaian di Suriah.