REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Malika Chafi yang bekerja untuk sebuah LSM marah ketika ditanya apa yang dirasakannya sebagai seorang Muslim terkait serangan teror Paris.
"Bagi saya, sangat tidak masuk akal mengatakan 'sebagai seorang Muslim'. Saya juga seseorang yang memberikan suaranya, konsumen, ibu, dan seseorang yang mencintai musik klasik. Saya terkejut bukan karena seorang Muslim, melainkan sebagai seorang warga negara," katanya di halaman Masjid Agung, Ahad (15/11).
"Ini bukan masalah Muslim, ini masalah polisi dan terorisme," Chafi menambahkan.
Nabil, staf di stadion Stade de France, tempat dua pelaku meledakkan bom bunuh diri menolak menyebut para penyerang itu 'jihadis' atau 'Islamis'.
"Mereka teroris. Saya hanya berjarak 100 meter dari ledakan pertama dan sebuah bom tidak akan membuat perbedaan antara Muslim dan Buddha. Itu tetap kejahatan," katanya.
Muslim di Prancis juga warga negara, sama seperti orang lain, kata dia, dan tidak harus memberikan pembenaran atas diri sendiri ketika serangan seperti itu terjadi.
(Baca: Usai Serangan Teror, Masjid di Prancis Dicoret-coret)