REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Peristiwa El Nino, yang menambah pola cuaca ekstrem, diperkirakan bertambah kuat sampai akhir tahun ini, demikian keterangan terkini dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Senin (16/11).
WMO menyatakan puncak dari rata-rata temperatur air permukaan air tiga-bulan di daerah tropis di bagian tengah-timur Samudera Pasifik akan melebihi dua derajat Celsius di atas normal, sehingga peristiwa El Nino termasuk tiga yang paling kuat sejak 1950.
Sebelumnya, peristiwa El Nino mencapai puncaknya pada penghujung tahun kalender, dengan kekuatan maksimal antara Oktober dan Januari tahun berikutnya. Peristiwa itu seringkali berlangsung terus sampai sebagian besar dari kuartal pertama tahun-tahun tersebut sebelum mereda.
"Kemarau parah dan banjir yang memporak-porandakan yang dialami di seluruh wilayah tropis dan sub-tropis memiliki tanda El Nino ini, yang paling kuat dalam lebih dari 15 tahun," kata Sekretaris Jenderal WMO Michel Jarraud.
WMO menyiarkan keterangan terkininya pada malam menjelang konferensi internasional El Nino di New York, AS. Konferensi itu bertujuan meningkatkan pengertian ilmiah mengenai peristiwa tersebut serta dampaknya, dan membantu meningkatkan keuletan pada kejuatan sosial-ekonomi global yang diperkirakan berkaitan dengan El Nino.
"Pemahaman ilmiah kita mengenai El Nino telah meningkat besar dalam beberapa tahun belakangan. Namun, peristiwa ini tersebar di wilayah tak tercatat. Planet kita telah berubah secara dramatis akibat perubahan iklim, kencederungan global ke arah samudra global yang lebih hangat, hilangnya es Laut Kutub Utara dan di lebih dari satu juta kilometer persegi lapisan salju musim panas di belaham Bumi utara," kata Jarraud.
Ia memperingatkan, "Jadi, peristiwa El Nino yang terjadi secara alamiah ini dan perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah manusia bisa berinteraksi dan saling mengubah dengan cara yang tak pernah kita alami sebelumnya."