REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND -- Jumlah korban tewas karena aksi terorisme meningkat 80 persen tahun ini sejak tahun lalu 2014. Jumlahnya menjadi 32.658 jiwa menurut laporan The Global Terrorism Index.
Boko Haram dan ISIS menjadi penyumbang terbanyak sebesar 51 persen dalam pembunuhan global. Sebesar 78 persen kematian berasal dari Afghanistan, Irak, Nigeria, Pakistan dan Suriah. Global Terrorism Index menggunakan data yang dikumpulkan oleh University of Maryland.
Index ini juga membeberkan dampak ekonomi karena terorisme yang meningkat tajam sejak 2000. Pada 2014, total kerugian mencapai 52,9 miliar dolar AS secara global, meningkat 61 persen dari tahun sebelumnya dari 32,9 milyar dolar AS.
(Baca: Polisi Serbia Tahan Pria Miliki Paspor Sama dengan Bomber Paris)
Jumlah negara yang menderita lebih dari 500 kematian mengganda dari 2013, termasuk Somalia, Ukraina, Yaman, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan dan Kamerun. Ketua eksekutif Institute for Economics and Peace yang mengeluarkan laporan, Steve Killelea mengatakan terorisme ini terjadi di negara berkembang.
"Di Barat, faktor sosioekonomi seperti generasi muda yang pengangguran dan terkait obat terlarang menjadi penyebab terorisme," katanya, dikutip dari Sky News.
Di negara berkembang, terorisme terkait erat dengan konflik, korupsi dan kekerasan.
Sebanyak 10 dari 11 negara yang terimbas terorisme juga memiliki tingkat pengungsi yang tinggi. Di Barat, sebagian besar terorisme bergerak sendirian. Mereka menyumbang 70 persen kematian dalam 10 tahun terakhir. Fundalisme Islam bukan penyebab utama terorisme di negara Barat.
Sekitar 80 persennya disebabkan ektremis politik, nasionalis, rasial dan keagamaan. Laporan yang dikembangkan sejak 1989 itu mendapatkan dua faktor yang sangat terkait dengan terorisme, yaitu level kekerasan politik yang dilakukan negara dan level konflik bersenjata dengan negara.
Sekitar 92 persen dari semua serangan terorisme antara 1989 hingga 2014 terjadi karena kekerasan politik oleh pemerintahnya sendiri.