REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Para pemimpin di pertemuan puncak regional di Filipina berencana mengutuk serangan Paris. Hal itu berdasarkan rancangan deklarasi mereka, yang dilihat Associated Press, Selasa (17/11).
Sebanyak 21 anggota forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) terkait masalah perdagangan dan ekonomi. Namun berjuang untuk menjaga pertemuan tahunan dari bayangan kekhawatiran keamanan dan geopolitik.
Pertemuan para pemimpin dunia, termasuk Presiden Barack Obama dan Presiden Cina Xi Jinping itu diadakan di Manila setelah serangan Paris dan manuver militer AS di dekat pulau-pulau buatan Cina di Laut Cina Selatan.
Pemimpin APEC mengatakan dalam pernyataan peristiwa di Prancis menuntut satu suara dari masyarakat global. Serangan 13 November itu diklaim dilakukan ISIS dan menewaskan 129 orang. Para korban berasal setidaknya dari 19 negara.
"Kami berdiri dalam solidaritas dengan orang-orang Prancis dan semua korban terorisme di tempat lain," kata pernyataan dalam draft.
Terorisme mengancam visi kami terhadap ekonomi yang bebas, terbuka dan makmur juga nilai-nilai fundamental yang dipegang.
Namun sebelum pemimpin APEC mulai berdatangan, pejabat dibagi atas apakah akan mengeluarkan pernyataan serangan Paris atau membiarkan setiap pemimpin berbicara sendiri. Setelah perdebatan tertutup selama akhir pekan, pejabat awalnya sepakat agar paragraf terorisme ditambahkan ke pernyataan yang dikeluarkan pada akhir pertemuan puncak Kamis nanti.
Seorang diplomat menolak penyebutan serangan dalam pernyataan karena khawatir hal itu akan menarik perhatian ISIS untuk APEC.
(Baca: Boko Haram tak Lagi Mampu Kuasai Kota)