Rabu 18 Nov 2015 08:00 WIB

Kepedihan Migran dalam Surat Kuno Abad ke-17

Rep: C38/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah peti surat milik kepala kantor pos Den Haag mengungkapkan satu periode bergejolak dalam sejarah Eropa, ketika benua itu dilanda serangkaian perang.
Foto: gulf times
Sebuah peti surat milik kepala kantor pos Den Haag mengungkapkan satu periode bergejolak dalam sejarah Eropa, ketika benua itu dilanda serangkaian perang.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah peti surat milik kepala kantor pos Den Haag mengungkapkan satu periode bergejolak dalam sejarah Eropa, ketika benua itu dilanda serangkaian perang. Peti berisi 2.600 surat tak terkirim dari abad ke-17 itu menuturkan kepedihan para pengungsi Prancis.

Saat ini, migran yang melarikan diri ke pantai Eropa dapat tetap berhubungan dengan orang tercinta di rumah melalui ponsel. Pada pertengahan 1600-an, satu-satunya alat komunikasi jarak jauh hanyalah surat.

"Yang akan anda dapati adalah rasa kehilangan, perasaan ditinggalkan,” kata salah satu anggota tim peneliti, David van der Linden, dilansir dari AFP, Ahad (15/11).

Peti kulit berlapis kain linen itu disimpan oleh kepala kantor pos Den Haag, Simon de Brienne dan istrinya Maria Germain. De Brienne menjabat sebagai kepala kantor pos pada 1676 setelah melarikan diri dari Prancis. Dalam peti itu, dia menyimpan semua surat yang tidak terkirim.

Selama berabad-abad, peti itu berada di tangan Kementerian Keuangan Belanda yang kemudian mewariskannya ke Museum Komunikasi di Den Haag pada 1926. Meski sesekali dibawa keluar untuk pameran, belum ada tim peneliti yang mampu mencurahkan waktu untuk memeriksa isi surat secara mendalam.

Baca: Jika Injakkan Kaki di Spanyol, Netanyahu Bakal Ditahan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement