Rabu 18 Nov 2015 11:17 WIB

Setengah Lebih Kematian Akibat Teror Disebabkan ISIS dan Boko Haram

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Bom - Teroris
Foto: Republika On Line/Mardiah diah
Ilustrasi Bom - Teroris

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Analis independen melaporkan hingga 30 ribu warga asing dari 100 negara telah melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak sejak 2011. Mereka bergabung dengan militan di kedua negara tersebut.

Dilansir The Guardian, Selasa (17/11), berdasarkan laporan Indeks Terorisme Global yang disusun lembaga riset Institute for Economics and Peace (IEP) setengah dari militan asing tersebut berasal dari negara-negara tetangga dan Afrika Utara. Seperempat lainnya berasal dari Eropa dan Turki.

Aliran militan asing tampaknya tak berkurang. Lebih dari 7.000 orang tiba di Suriah dan Irak dalam enam bulan pertama 2015.

Tahun lalu saja, aksi terorisme telah merenggut 32.658 nyawa. Angka tersebut meningkat 80 persen dari 2013.

Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) serta Boko Haram bertanggung jawab atas 51 persen kematian terkait teror pada 2014. Sementara analis menemukan, Irak terus menjadi negara paling terpengaruh terorisme, di mana tercatat 9.929 kematian di negara tersebut.

ISIS yang menerapkan diri mereka sebagai sebuah negara berhasil menggalang dana melalui sistem pajak hingga menghasilkan 11 juta dolar AS dalam sebulan. Penjualan minyak dari daerah yang mereka rampas juga mencapai lebih dari 500 juta dolar AS dalam setahun.

Nigeria menurut laporan mengalami peningkatan terbesar dalam jumlah serangan teroris, mereka kehilangan 7.512 jiwa pada 2014. Meningkat lebih dari 300 persen sejak 2013.

Sebanyak 78 persen dari semua kematian dan 57 persen serangan di seluruh dunia terjadi di lima negara antara lain, Afghanistan, Irak, Nigeria, Pakistan, dan Suriah.

Ketua eksekutif IEP Steve Killelea mengatakan, analisis menunjukkan perbedaan berkembangnya terorisme di beberapa negara. Di Barat, faktor sosial ekonomi seperti pemuda pengangguran dan kejahatan narkoba berkolerasi dengan terorisme.

Sementara di negara-negara non-anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Perkembangan Ekonomi (OECD), terorisme menunjukkan asosiasi kuat dengan konflik yang sedang berlangsung, korupsi serta kekerasan.

Baca juga: Prancis Buru Tersangka Kedua Serangan Teror

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement