REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pasukan keamanan Cina di wilayah bergolak Xinjiang membunuh 17 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, dengan tuduhan terlibat dalam serangan di tambang batu bara, yang menewaskan sedikit-dikitnya 50 orang. Demikian kata Radio Free Asia pada Rabu.
Radio Free Asia, mengutip keterangan polisi Xinjiang, mengatakan 17 orang terbunuh itu adalah tersangka penyerangan, termasuk tiga pria, yang diyakini pemimpin kelompok serta anggota keluarga mereka.
Seruan agar pemerintah Xinjian segera memberikan pernyataan atas peristiwa tersebut belum ditanggapi.
"Saya mendengar dari rekan, yang ikut dalam operasi, bahwa militer meledakkan gua tempat para tersangka itu bersembunyi," kata petugas polisi Xinjiang, Ghalip Memethe.
"Itu sebabnya kami mampu membunuh mereka semua tanpa ada satu pun korban dari pihak kami. Sebanyak 17 mayat dikumpulkan setelah ledakan tersebut," kata Memethe menambahkan.
Pada Sabtu, laman media pemerintah menerbitkan foto dari Kementerian Keamanan Umum Cina, yang menggambarkan polisi bersenjata pengemban tugas 56 hari untuk membasmi pegaris keras Xinjiang itu, meskipun tidak disebutkan rincian sasaran, hanya menjelaskan bahwa seluruh tersangka tewas.
Beberapa laporan tersebut kemudian dihapus dari internet. Radio Free Asia mengatakan laporan-laporan tersebut tampaknya merujuk pada operasi untuk menemukan tersangka serangan di tambang batu bara.
Ratusan orang tewas dalam kerusuhan di Xinjiang yang merupakan tempat tinggal sebagian besar Muslim Uighur dan di wilayah-wilayah lain di Tiongkok dalam tiga tahun teakhir. Cina menyalahkan militan Islam atas kekerasan tersebut.
Cina meminta masyarakat internasional untuk membantu upaya perlawanan terhadap militan Xinjiang menyusul serangan di Paris dimana kelompok bersenjata ISIS mengaku bertanggungjawab.
Pemerintah belum memberikan pernyataan publik terkait serangan pada 18 September di tambang batu bara Sogan di Aksu yang sebagian besar korbannya adalah anggota mayoritas Han. Menurut laporan Radio Free Asia, polisi Cina menyalahkan kelompok separatis yang menyerang dengan menghunuskan pisau.