Kamis 19 Nov 2015 10:42 WIB

Obama: Cina Harus Hentikan Reklamasi Laut Cina Selatan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ani Nursalikah
Obama
Obama

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengatakan, Cina harus menghentikan reklamasi lahan di perairan sengketa Laut Cina Selatan.

Obama berbicara di sela-sela pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), yang dibuka di Manila, Filipina, Rabu (18/11).

"Kami setuju pada kebutuhan untuk langkah-langkah berani untuk ketegangan yang berkurang, termasuk berjanji menghentikan reklamasi, konstruksi baru, dan militerisasi pulau sengketa di Laut Cina Selatan," kata Obama seperti dikutip dari laman BBC, Kamis (19/11).

Presiden Filipina Benigno Aquino menekankan kebebasan navigasi di wilayah Laut Cina Selatan harus terus dipastikan. Obama mendarat di Manila pada Selasa (17/11). Tetapi kemudian segera naik angkatan laut kapal AS yang disumbangkan ke Filipina yang beroperasi di sekitar Kepulauan Spratly, yang diklaim oleh Filipina dan Cina.

Baca Polisi Filipina Blokade Ribuan Demonstran Anti-APEC

"Kami memiliki kewajiban perjanjian, komitmen untuk membela sekutu kami Filipina. Kunjungan saya di sini menggarisbawahi komitmen kami bersama untuk keamanan perairan wilayah ini dan kebebasan navigasi," katanya.

Obama mengumumkan dua kapal lagi akan diberikan ke Filipina bersama dengan paket 250 juta dolar AS untuk meningkatkan keamanan maritim regional.  AS terkejut dengan kecepatan Cina membangun pulau buatan baru dan landasan pacu di terumbu karang di Laut Cina Selatan selama tahun lalu.

AS merespons dengan mengirim kapal angkatan laut dalam beberapa pekan terakhir. Pesannya jelas, AS tidak akan membiarkan Cina melanjutkan pengambilalihan salah satu wilayah perairan tersibuk dan paling strategis di dunia.

Reklamasi tanah dimulai pada akhir 2013, telah mengubah terumbu menjadi pulau-pulau. Cina mengklaim tidak berniat menempatkan militer pulau-pulau tersebut. Presiden Cina Xi Jinping juga berada di Manila untuk datang ke KTT 20 yang dihadiri kepala negara dan pemerintah.

Baca Serangan Paris dalam Goresan Para Kartunis Arab

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement