REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis Manuel Valls memperingatkan bahwa Prancis bisa menjadi sasaran serangan teror biologi atau kimia, Kamis (19/11).
Sehingga para pejabat sepakat untuk memperpanjang kondisi darurat di Paris untuk tiga bulan kedepan.
Valls berpidato di parlemen sebelum para deputi memilih untuk memperpanjang keadaan darurat selama tiga bulan.
"Yang baru dari teroris adalah cara mereka beroperasi, cara menyerang dan membunuh mereka berkembang dari waktu ke waktu," kata Valls pada anggota parlemen.
Ia juga menyeru negara-negara Eropa untuk mengadopsi peraturan berbagi informasi terkait penumpang pesawat sebagai bagian dari menjaga keamanan kolektif. Selama masa darurat, polisi Prancis akan diizinkan membawa senjata mereka selama tidak bertugas.
Polisi juga memperpanjang larangan untuk berdemo dan berkumpul pada malam hari. Pasalnya masih belum jelas apakah dalang-dalang serangan telah tewas atau belum.
Penyerbuan di Saint Denis telah berhasil menangkap delapan orang namun tidak termasuk Abdelhamid Abaaoud yang diduga dalang utama serangan.
Sedikitnya dua orang tewas dalam penyerbuan tersebut, salah satunya seorang perempuan yang meledakan diri yaitu Hasna Aitboulachen, sepupu Abaaoud.