REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Serangan ISIS di Paris beberapa waktu lalu telah menyebebkan luka bagi umat Muslim lainnya terutama di Amerika Serikat. Masyarakat Muslim dan para keturunan Arab-Amerika pun harus mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan.
"Saya belum pernah merasakan dan melihat dampak sedemikian ini, bahkan setelah peristiwa 11 September" ungkap Direktur Komunikasi Nasional untuk Dewan Hubungan Islam Amerika, Ibrahim Hooper seperti dikutip CNN, Ahad (22/11). Dampak ini pun membuat Muslim terus menerus merasa ketakutan dan khawatir.
Pernyataan Ibrahim ini merupakan ungkapan perwakilan dari masyarakat Muslim di dunia terutama di AS. Dampak menyakitkan hati Muslim ini sangat jelas terasa ketika para calon presiden AS terus memberikan komentar yang sangat menyakitkan hati umat Islam. Apalagi setelah terdapat calon presiden yang menyarankan sebuah perlakuan tepat terhadap Muslim di AS kepada pejabat lokal karena serangan ISIS di Paris.
Selama seminggu terakhir, calon presiden terkuat dari Partai Republik AS, Donald Trump mempertimbangkan agar para Muslim diwajibkan meregistrasi data mereka. Selain itu, ia juga mewacanakan untuk menutup masjid yang berada di AS.
Perlakuan ini tidak hanya dari Trump. Sesama kandidat Partai Republik AS lainnya, yakni Ben Carson juga telah menghina para pengungsi Suriah. Ia menilai pengungsi Suriah sebagai 'Anjing Gila'.
Bahkan, Wali Kota Roanoke, Virginia, David Bowers, berkeinginan untuk membangkitkan kembali cara mengasingkan yang dilakukan Jepang pada Perang Dunia Kedua. Ia berharap bisa merealisasikan kebijakan anti-pengungsi.
Menurut Ibrahim, sebenarnya bukan hanya karena serangan Paris yang membuat para kandidat dan pejabat AS bersikap demikian. Ia menilai, tindakan ini dilakukan sebagai kampanye politik mereka. Mereka mencoba membawa permasalahan imigrasi sebagai cara menyampaikan kampanyenya.