Ahad 22 Nov 2015 20:21 WIB

Sengketa Laut Cina Selatan Dibahas di Kuala Lumpur

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Didi Purwadi
Peta wilayah perairan Laut Cina Selatan yang diklaim Brunei, Cina, Malaysia, Filipina dan Vietnam.
Foto: Reuters
Peta wilayah perairan Laut Cina Selatan yang diklaim Brunei, Cina, Malaysia, Filipina dan Vietnam.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Setelah penandatanganan MEA, para pemimpin ASEAN bertemu dengan delapan pemimpin dari Asia dan Pasifik lainnya. Mereka bertemu untuk KTT Asia Timur tahunan.

Negara-negara tersebut yakni Amerika Serikat, Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Rusia, Australia dan Selandia Baru.

Presiden AS Barack Obama menegaskan untuk meningkatkan kekhawatiran atas Laut Cina Selatan. Pada Sabtu (21/11), dalam pertemuan bilateral dengan para pemimpin ASEAN, Obama mengatakan negara-negara harus berhenti mengklaim militer mereka di Laut Cina Selatan yang disengketakan itu.

"Demi stabilitas regional, pengklaim harus menghentikan reklamasi, konstruksi dan militerisasi wilayah yang disengketakan," ujar Obama .

Cina telah mengubah terumbu karang di kepulauan Spratly ke dalam pulau buatan dan telah membangun lapangan udara dan fasilitas lainnya. Ini telah menyebabkan riak alarm di sebagian besar Asia Timur tentang niat Cina dan kebebasan navigasi di jalur perdagangan senilai lima triliun dolar AS setiap tahunnya itu.

Cina menegaskan pihaknya memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas sebagian besar Laut Cina Selatan, klaim yang tumpang tindih dengan empat negara ASEAN.

Awal bulan ini, pembom AS B-52 terbang di dekat pulau-pulau buatan Cina. Tindakan ini menandakan tekad AS untuk menantang Cina atas laut yang disengketakan.

Cina telah mengatakan tidak ingin masalah Laut Cina Selatan menjadi fokus dari pertemuan di Kuala Lumpur, namun Perdana Menteri Li Keqiang belum mengomentari masalah ini.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement