Ahad 22 Nov 2015 20:50 WIB

Standar Ganda Media Menyikapi Serangan Teror Paris

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Didi Purwadi
Seorang pria termenung seusai meletakkan karangan di luar restoran Le Carillon, Paris, Sabtu (14/11). REUTERS / Christian Hartman
Foto: REUTERS / Christian Hartman
Seorang pria termenung seusai meletakkan karangan di luar restoran Le Carillon, Paris, Sabtu (14/11). REUTERS / Christian Hartman

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dikutip dari laman Al Jazeera, Ahad (22/11), setelah berita tentang serangan di Paris, Prancis, terjadi pada Jumat (13/11) malam, jejaring sosial Facebook meluncurkan fitur yang memungkinkan pengguna untuk "check-in" dan membiarkan anggota keluarga mereka dan teman-teman tahu mereka aman.

Facebook juga memperkenalkan fitur yang memungkinkan pengguna mengganti warna bendera Prancis pada gambar profil mereka. Ini dilakukan untuk mengungkapkan solidaritas terhadap para korban serangan teror Paris.

Fitur-fitur ini mendorong banyak pihak mempertanyakan standar ganda, di mana mereka ketika puluhan orang tewas dalam ledakan bom di Beirut, Lebanon, sehari sebelum Serangan Paris? Atau ketika 149 orang kehilangan nyawa mereka di Garissa, Kenya, kembali pada bulan April?

Kritikus menuduh situs yang lebih menghargai kehidupan korban Barat dibandingkan Timur Tengah dan wilayah lainnya.

Sementara itu, wartawan yang meliput berita dituding membuat tuduhan yang tidak adil, menggunakan terminologi memecah belah dan reaksi xenophobia.

Wartawan asing sering mengandalkan untuk mengamankan wawancara yang sangat penting atau untuk memahami situasi lokal yang kompleks. Sayangnya, mereka terlalu sering menemukan diri mereka di garis api dan tidak mendapatkan kredit yang layak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement