REPUBLIKA.CO.ID, KRIMEA -- Ukraina menunda pengiriman barang ke Krimea yang juga sedang menderita tanpa daya listrik, Senin (23/11). Hal ini menambah kesulitan di wilayah yang dianeksasi Rusia tahun lalu itu.
Hanya layanan penting dan pemerintahan yang masih beroperasi di Krimea pascameledaknya dua tiang penghubung listrik di Ukraina. Pengunjuk rasa, termasuk etnis Tatar Krimea mencegah upaya perbaikan sehingga Rusia mengancam akan melakukan sesuatu.
Jalanan dan rel kereta dari Krimea ke Ukraina telah banyak dirusak sejak nasionalis Ukraina dan Tatar mulai upaya blokade pada September. Pemerintah Kiev juga merencanakan aturan baru untuk lalu lintas kargo ke semenanjung selatan tersebut.
Pemimpin Tatar Krimea Mustafa Dzhemilev mengatakan pengunjuk rasa hanya akan mengizinkan perbaikan pada tiang yang berguna bagi rakyat Ukraina, bukan Krimea. Sekitar 70 persen aliran listrik Krimea berasal dari Ukraina.
Sekitar dua juta orang kini terimbas putusnya listrik. Tidak ada asupan air juga di sana. Transportasi publik masih beroperasi sementara rumah sakit menggunakan generator. Putusnya listrik telah mematikan banyak bisnis dan membuat jalan-jalan gelap sehingga meningkatkan risiko kejahatan.
Sebanyak 150 sekolah juga terpaksa ditutup. "Kami kewalahan karena ini, banyak sekali peralatan elektronik, seperti untuk memasak, mencuci, bahkan pendingin juga tidak berjalan," kata penduduk Sevastopol, Raisa Kazhyrnova pada Reuters.
Perusahaan energi milik negara Ukraina, Ukrenergo mengatakan tiang yang rusak di Krimea karena serangan alat peledak. Rusia sedang memulai upaya menghubungkan kabel bawah laut untuk menyalurkan listrik dari Moskow.
Namun, fase pertama akan berlaku mulai bulan depan. Butuh beberapa pasokan untuk mengembalikan Krimea seperti semula, namun baru bisa beroperasi sempurna dalam beberapa tahun ke depan.
Baca juga:
Intip Keseharian Muslim AS dalam 10 Foto Hitam Putih
Remaja Pembuat Jam, Ahmed Mohamed Tuntut Kota dan Sekolahnya
Di Pulau Ini Kambing Justru Menjadi Hama