REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mencurigai aliran minyak yang masuk dari wilayah teroris di Suriah ke Turki. Uang dari minyak tesebut memberikan dorongan finansial cukup penting buat kekuangan ekstremis.
"Kami telah lama mengekspos alur perdagangan minyak dan produk minyak cukup besar dari wilayah yang dikuasai ISIS," ujar Putin, kemarin. "Dukungan keuangan dari minyak memang cukup besar."
Pernyataan Putin itu disampaikan setelah Turki menembak jatuh pesawat Rusia di perbatasan Suriah. Putin marah besar mengetahui kabar tersebut. Ia mengatakan, Suriah telah ditikam dari belakang oleh kaki tangan teroris.
"Padahal, kita telah menandatangani perjanjian dengan sekutu Amerika untuk mencegah terjadinya insiden di udara," ujarnya.
Menurut Putin, komunikasi antara Turki dan anggota NATO setelah serangan itu menunjukkan aliansi itu melayani teroris.
Ankara mengatakan, pesawat Rusia telah melanggar perbatasan mereka. Jet Tempur F16 Turki mengaku telah memperingatkan berulang kali agar pesawat SU-24 Rusia menyingkir. Tapi, hal itu tidak digubris.
Rusia telah menggelar operasi udara di Suriah sejak akhir September lalu. Mereka mengaku menggelar operasi militer untuk menghancurkan ISIS.
Rusia dan Turki memiliki pandangan politik berbeda mengenai keberadaan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Rusia ingin terus mempertahankan Assad, sebaliknya, Turki ingin agar Assad turun.