REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Keputusan Rusia untuk menempatkan sistem pertahanan udara yang paling canggih di pangkalan militernya di Suriah memunculkan kekhawatiran bagi militer AS.
Rusia mengatakan, akan menempatkan rudal jarak jauh S-400 di pangkalan militer Latakia setelah jet tempurnya ditembak Turki.
"Ini sistem persenjataan yang mengancam siapa saja. Ada kekhawatiran signifikan terkait operasi udara di Suriah," ujar pejabat AS yang tidak mau disebut jati dirinya kepada AFP, Rabu (25/11).
(Baca: Putin Tempatkan Rudal Mematikan S-400 di Suriah)
AS sejak Agustus 2014 memimpin koalisi yang telah menjatuhkan lebih dari 8.000 bom terhadap ISIS di Suriah dan Irak. Rusia juga menjatuhkan bom di wilayah udara Suriah yang berbeda dengan AS dan koalisi.
Namun, pejabat AS yang lain mengatakan, S-400 seharusnya tidak berdampak pada penerbangan koalisi.
"Kami tidak akan ikut campur dengan operasi Rusia dan mereka tidak akan ikut campur dengan operasi kami. Tidak ada alasan bagi kami untuk saling menargetkan," ujarnya.
Dia juga menggarisbawahi, dalam sepekan terakhir Rusia telah mengirim lebih dari 30 tank T-90 dan T-72 ke Latakia. Belum jelas apakah tank tersebut akan dipakai militer Rusia atau untuk pasukan pro-Assad.