REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Kasus penembakan pesawat tempur Rusia, SU 24 Selasa (24/11) oleh Turki telah mendorong Rusia mengeluarkan kebijakan baru dalam keterlibatannya di Suriah.
Negeri Beruang Merah itu menempatkan rudal jarak jauh S-400 Triumph di Suriah. S-400 merupakan rudal jenis surface to air missile (SAM). Rudal ini mampu melesat dengan kecepatan 4,8 kilometer perdetik atau 17 ribu kilometer perjam menghancurkan sasaran sejauh 400 kilometer dengan ketinggian hingga 30 kilometer.
Kemampuannya itu membuatnya mampu menghancurkan segara jenis benda yang terbang tinggi. Mulai dari pesawat udara, hingga rudal balistik antar benua yang berkecepatan tinggi.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan penempatan rudal canggih itu di pangkalan udara Hemeimeem di provisi Lataka. Lokasi pangkalan udara itu hanya berjarak 50 kilometer atau 30 mil dari perbatasan Turki.
Dengan kemampuannya, rudal S-400 berarti mampu menghancurkan sasaran yang terbang di dalam wilayah Turki dengan presisi tinggi. "Rudal ini akan mampu menghancurkan sasaran di udara yang menjadi ancaman kami," kata Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu.
Karena itu cukup beralasan bila akhirnya AS dan sekutunya merasa khawatir akan keberadaan rudal jarak jauh andalan Rusia itu. Kehadiran rudal itu juga peringatan bagi Turki agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
S-400 Triumph yang dijuluki NATO SA 21 Growler merupakan pengembangan dari generasi sebelumnya, S-300 dan S-200. Rusia juga berencana memiliki 46 batalion S-400 pada 2020. Rudal ini dilengkapi wahana kendaraan truk khusus yang mengangkutnya. Karena memiliki kemampuan mobilitas tinggi dan sulit dideteksi keberadaannya oleh lawan, keberadaan rudal ini sulit dihancurkan.
Setiap truk dilengkapi empat unit tabung berisi rudal. Tabung tersebut akan digerakkan ke posisi tegak lurus atau vertikal setiap kali rudal akan ditembakkan. Selain itu setiap unit baterei pertahanan S-400 juga dilengkapi dengan fasilitas radar yang bertugas mendeteksi ancaman dan memandu rudal s-400 yang bertugas menghancurkan sasaran.
Turki saat ini merubah kebijakan di wilayah perbatasan dengan Suriah menyusul penembakan jet tempur F4 Phantom Turki beberapa waktu oleh Suriah. Setiap pesawat militer yang mendekati perbatasan wilayahnya akan dianggap sebagai ancaman dan dapat dilakukan penindakan di udara. Hal itu tentunya akan membawa konsekuensi bagi pesawat militer asing yang terbang di perbatasan Turki-Suriah