REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Uni Emirat Arab dilaporkan telah mengirimkan ratusan tentara bayaran asal Amerika Selatan ke Yaman. Tentara-tentara bayaran itu berasal dari sejumlah negara Amerika Selatan, termasuk Kolombia, Panama, Salvador, dan Cile.
Berdasarkan lansiran New York Times, Kamis (27/11), tentara-tentara tersebut telah mendapatkan pelatihan dari pihak Angkatan Bersenjata UAE dalam lima tahun terakhir.
Pelatihan ini dilakukan di sekitar wilayah padang pasir milik UAE. Kini, UAE disebut-sebut telah mengirim tentara-tentara tersebut ke Yaman.
Pada awal tahun, koalisi negara-negara arab, yang dipimpin Arab Saudi, memang telah meluncurkan serangan militer ke Yaman.
Koalisi Arab, yang terdiri dari UAE, Mesir, Yordania, Bahrain, dan Qatar, itu membantu pemerintahan Yaman dalam memerangi pemberontak Houthi.
Setidaknya sekitar 450 tentara, yang berasal dari Kolombia, Panama, Salvador, dan Cile, dilaporkan telah mendarat di Yaman.
Namun, salah satu pejabat militer UAE mengungkapkan, pihaknya lebih memilih untuk merekrut tentara-tentara bayaran asal Kolombia.
Hal ini lantaran kemampuannya yang sudah teruji, terutama dalam perang-perang gerilya. Terlebih, tentara-tentara tersebut pernah terlibat dalam perang melawan kelompok bersenjata, FARC, di hutan-hutan Kolombia.
Saat ini, para tentara-tentara asal Kolombia itu sudah ditempatkan dan bergabung dengan tentara reguler koalisi negara-negara Arab, yang berada di Yaman.
Menurut peneliti senior dari Atlantic Council, Sean McFate, keberadaan tentara-tentara bayaran ini menjadi salah satu pilihan paling disukai negara-negara kaya.
"Tentara-tentara bayaran menjadi pilihan paling atraktif untuk negara-negara kaya, dimana warga negara mereka tidak mau berpartisipasi dalam perang atau pun terjun ke dunia militer," ujar McFate.
Lebih lanjut, McFate menilai, tentara-tentara bayaran yang direkrut ini menjadi tanda pergeseran industri militer. Pada saat ini, industri militer yang dikelola swasta semakin mendunia.
"Hal ini terlihat dengan adanya tentara bayaran tersebut, terutama yang berasal dari Amerika Selatan," kata penulis buku 'Modern Mercenary' tersebut.