Jumat 27 Nov 2015 04:16 WIB

Rusia Ancam Balas Dendam Ekonomi Lawan Turki

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Julkifli Marbun
Pesawat Rusia yang ditembak jatuh Turki, Selasa (24/11).
Foto: BBC News
Pesawat Rusia yang ditembak jatuh Turki, Selasa (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengancam pembalasan bidang ekonomi melawan Turki, Kamis (26/11). Rusia masih menunggu penjelasan yang masuk akal insiden penembakan pesawat perang Rusia oleh Turki.

Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev memerintahkan pemerintah untuk menyusun langkah yang akan mencakup pembekuan beberapa proyek investasi bersama dan membatasi impor makanan dari Turki.

Medvedev mengatakan, Rusia mungkin memberlakukan pembatasan impor pangan dalam beberapa hari karena telah meningkatkan pemeriksaan produk pertanian Turki, dikutip dari Reuters.

 

Menteri Ekonomi Rusia Alexei Ulyukayev mengatakan, pihaknya bisa memberi batas pada penerbangan ke dan dari Turki. Termasuk persiapan penghentian zona perdagangan bebas bersama, membatasi proyek termasuk pipa gas TurkStream dan pembangkit listrik tenaga nuklir Rusia yang sedang dibangun di Turki senilai 20 miliar dolar AS.

Sementara itu Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah menangguhkan semua kerja sama dengan militer Turki. Juru bicara Rusia Dmitry Peskov mengatakan Rusia masih menunggu jawaban yang masuk akal dari Turki mengapa menembak jatuh jet tempurnya, Selasa (24/11). Rusia mengklaim tidak pernah meninggalkan ruang udara Suriah.

Tetapi Sedangkan Turki mengatakan menyeberangi perbatasan meskipun telah diberi peringatan berulang-ulang. Kepala badan pariwisata Rusia, Rostourism, mengatakan, kerja sama dengan Turki akan jelas dihentikan.

Setidaknya dua operator tur besar Rusia telah mengatakan mereka akan menghentikan penjualan paket ke Turki setelah para pejabat Rusia menyarankan warganya jangan berlibur ke Rusia. Rusia tercatat sebagai pengunjung kedua terbanyak setelah Jerman dalam hal angka mengunjungi Turki dan memberikan pendapatan pariwisata sekitar 4 miliar dolar AS setahun, Turki memerlukannya untuk membantu mendanai defisit transaksi saat ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement