REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi merencanakan eksekusi massal bagi 55 terdakwa hukuman mati, Jumat (27/11). Hal itu direspons keras oleh Amnesty Internasional.
Surat kabar Arab Saudi, Okaz, melaporkan, 55 orang sedang menunggu eksekusi karena tuduhan terorisme. Menurut kantor berita al-Riyadh, jumlahnya 52 orang. Namun, beritanya telah dihapus.
Para terdakwa diduga terlibat dalam protes antipemerintah. Okaz menyebut bahwa di antara mereka ada teroris Alqaidah dan orang yang berasal dari area Awamiya.
"Militan Alqaidah dituduh ingin menggulingkan pemerintah dan melakukan serangan menggunakan senjata kecil, peledak, dan rudal darat ke udara," kata Okaz, dikutip BBC.
Sementara, penduduk Awamiya dituduh menyerang personel keamanan dan mengganggu di Bahrain. Awamiya adalah kota wilayah Qatif yang kaya akan minyak di Provinsi Timur. Sejak 2011, wilayah ini adalah pusat protes minoritas Syiah Arab Saudi.
Amnesty mengatakan, tingkat eksekusi oleh Pemerintah Saudi telah meningkat tahun ini, sehingga adanya laporan terkait harus dibawa serius. Amnesty yakin, ada sedikitnya 151 orang telah dieksekusi sejauh ini sejak awal tahun. Ini adalah jumlah tertinggi sejak 1995. Pada 2014 dalam periode yang sama jumlahnya dilaporkan 90 orang.