REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Konflik di berbagai dunia memicu peningkatan kebutuhan akan tentara bayaran.
Uni Emirat Arab (UAE) dilaporkan New York Times, Kamis (26/11) menggunakan tentara bayaran dalam perang di Yaman.
(Baca: UAE Gunakan Tentara Bayaran Asal Amerika Selatan di Perang Yaman)
Tak hanya di Timur Tengah, tentara bayaran sudah dilakukan di konflik lain, seperti penggunaan tentara bayaran Kyrgyzstan oleh Rusia dalam konflik di Ukraina.
(Baca: Waduh...Abu Dhabi Pekerjakan Tentara Bayaran Blackwater)
Dikutip dari Radio Free Europe tahun lalu, para tentara bayaran dari negara Asia Tengah itu tertarik berperang di Ukraina karena bujukan Rusia untuk melawan fasisme.
Manas Membetov, seorang letnan di militer Kyrgyzstan mengatakan bahwa dirinya beserta rekannya sesama warga Kyrgyz merupakan pasukan yang siap tempur.
Sebelum ke Ukraina, mereka juga pernah disewa Rusia dalam perang di Chechnya, Georgia dan Ossetia Selatan.
"Kebanyakan mereka tentara kontrakan. Dari waktu ke waktu mereka dikirim ke daerah konflik dan ditarik kembali," katanya.
Selama di Ukraina dia berperang di Luhansk. Dia berada dalam komando pemimpin pemberontak setempat bernama Igor Plotnitsky yang berada di bawah perintah Penasehat Militer Kepresidenan Rusia, Vladislav Surkov.
Selama berperang di Ukraina, dia menjelaskan pernah terlibat dalam membantai 17 pasukan pro Ukraina.
Walaupun dirinya digaji 1.500 dollar AS, Manas mengatakan dirinya menyesal menjadi tentara bayaran karena mendapati kenyataan yang berbeda dengan propaganda Rusia.
(Baca: Ini Alasan Tentara Kolombia Tertarik Menjadi Tentara Bayaran UAE)
Selain itu, Rusia dan pasukan pemberontak Ukraina juga tidak memberi mereka keistimewaan status bahkan keberadaan mereka tidak diakui.
Penggunaan tentara bayaran asing seperti Manas diyakini digunakan oleh kedua belah pihak yang berkonflik di Ukraina.
Selain konflik Ukraina dan Yaman, beberapa pihak yang bertikai di Suriah juga menggunakan tentara bayaran asing untuk memperkuat diri dari musuh, baik oleh rezim maupun pemberontak.