Jumat 27 Nov 2015 19:38 WIB

Turki Ingin Turunkan Ketegangan dengan Rusia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas bersama Presiden Vladimir Putin (tengah) menghadiri peresmian masjid terbesar di Rusia, Rabu (23/9).
Foto: bbc
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas bersama Presiden Vladimir Putin (tengah) menghadiri peresmian masjid terbesar di Rusia, Rabu (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mencoba menurunkan ketegangan dengan Rusia atas penembakan pesawat tempur Rusia di perbatasan Rusia, dengan menyerukan persatuan untuk melawan kelompok ISIS.

"Sementara langkah untuk mempertahankan wilayah kami akan tetap berjalan, Turki akan bekerja sama dengan Rusia dan sekutu lain kami untuk meredakan ketegangan. Penembakan jatuh jet 'tak dikenal' di ruang udara Turki bukan tindakan melawan negara tertentu," kata Davutoglu di harian The Times terbitan Jumat (27/11) di London.

(Baca: Rusia Siapkan Sanksi Ekonomi Terhadap Turki)

Davutoglu menekankan masyarakat internasional harus bersatu melawan musuh bersama.

"Masyarakat internasional seharusnya tidak berdiri sendiri. Kalau tidak, pemenangnya hanyalah ISIS dan rezim Suriah," katanya.

(Baca: Meski Memanas, Turki Tetap akan Bekerja Sama dengan Rusia)

"Fokus seharusnya untuk menangani, menghadapi, ancaman internasional dari ISIS, mengamankan masa depan Suriah dan mencari solusi bagi krisis pengungsi saat ini," katanya.

(Baca: Erdogan Murka Turki Dituduh Terlibat Penjualan Minyak ISIS)

Rusia bertekad mengambil langkah-langkah balas dendam melawan perekonomian Turki, untuk membalas aksi penembakan pesawat tempurnya oleh Turki awal pekan ini.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis dengan marah menolak permintaan Kremlin untuk meminta maaf, dan mengatakan timpalannya dari Rusia, Vladimir Putin mengabaikan panggilan telepon darinya setelah insiden tersebut.

Penembakan pesawat di perbatasan Suriah itu telah meningkatkan kekhawatiran akan memantik konflik geopolitik yang lebih luas  dan mempersulit pencapaian konsensus pada masalah Suriah.

Baca juga:

5 Senjata Perang Turki yang Harus Diwaspadai Rusia

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement