REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Rusia untuk tidak bermain api. Peringatannya diucapkan setelah muncul laporan bahwa pengusaha Turki telah ditahan di Rusia.
Sebelumnya, pemerintah Rusia mengatakan akan menangguhkan perjalanan bebas visa bagi warga Turki per 1 Januari 2016. Kemudian, kepala lembaga pariwisata Rusia mengumumkan, Jumat (27/11) bahwa dirinya akan meminta lebih dari 9.000 warga Rusia yang saat ini berada di Turki untuk pulang pada akhir Desember 2015.
Hubungan antara kedua negara memanas setelah Turki menembak jatuh sebuah pesawat jet tempur Rusia dekat perbatasan Suriah pada Selasa (24/11). Rusia kemudian mengancam pembalasan seluruh sektor ekonomi Turki. Erdogan meresponnya dan menyebutnya sebagai emosional dan tidak pantas.
‘’Ini bermain api sejauh memperlakukan warga negara kita yang telah pergi ke Rusia," kata Erdogan dalam pidatonya di Bayburt, Turki, Jumat (27/11) seperti dikutip dari laman Al Jazeera.
Pihaknya mengaku sangat memperhatikan hubungan penting antara Rusia dan Turki dan tidak ingin hubungan antara kedua negara menderita kerugian dengan cara apapun. Erdogan menambahkan, ia ingin berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan puncak iklim di Paris, Prancis, yang dimulai pada Senin (29/11).
Putin sejauh ini menolak untuk berbicara dengan Erdogan karena Turki belum meminta maaf atas jatuhnya pesawat jet tersebut. Sementara, Erdogan mengatakan pihaknya layak menembak pesawat tersebut karena ruang udara yang dilanggar. Perang saudara di Suriah hampir lima tahun diperparah dengan serangan udara Rusia dalam membela Presidennya, Bashar al-Assad.
Turki dan kekuatan regional menuduh Rusia menargetkan kelompok bersenjata sedang melawan Assad. Menegangnya hubungan antara kedua negara juga bisa berdampak pada dua proyek antara Turki-Rusia yang direncanakan, yaitu pipa gas TurkStream dan pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu.