Senin 30 Nov 2015 17:51 WIB

Konferensi Iklim, Ratusan Negara Gelar Demo Serentak

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Warga berkumpul di Bogota, Kolombia dalam aksi protes menjelang perubahan iklim di Paris, Ahad, 29 November 2015. Sebanyak 175 negara di seluruh dunia serempak menggelar aksi protes perubahan iklim.
Foto: AP Photo/Fernando Vergara
Warga berkumpul di Bogota, Kolombia dalam aksi protes menjelang perubahan iklim di Paris, Ahad, 29 November 2015. Sebanyak 175 negara di seluruh dunia serempak menggelar aksi protes perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebanyak 175 negara di seluruh dunia serempak menggelar aksi protes perubahan iklim. Sedikitnya 600 ribu orang berpartisipasi dalam demo serempak itu.

Peserta demo terbanyak berada di Melbourne, Australia dengan 60 ribu orang dan London, Inggris dengan 50 ribu peserta. Beberapa pulik figur seperti Thom Yorke, Emma Thompson, Charlotte Church dan Jeremy Corbyn juga turut dalam demo iklim di London.

(Baca: Protes Perubahan Iklim, 20 Ribu Pasang Sepatu 'Ikut Demo')

Di Paris, Prancis, tempat berlangsungnya konferensi perubahan iklim juga tak luput dari aksi demo. Sekitar 10 ribu pasang sepatu termasuk miliki Paus Francis dan Ban Ki-Moon berbaris di Place de la Republique.

Sepatu-sepatu tersebut mewakili masyarakat yang tidak bisa berbaris melakukan aksi protes karena adanya larangan oleh otoritas Prancis usai serangan teror 13 November lalu. Orang-orang memilih menyalakan lilin, menyanyikan lagu-lagu dan berkeliaran di sekitar sepatu. Kemudian banyak yang memberikan sepatunya untuk amal dan didistribusikan kepada tunawisma.

(Baca: Ribuan Orang Gelar Protes Perubahan Iklim di Amsterdam)

"Ini sebuah karya besar yang luar biasa untuk suara-suara yang telah dibungkam tetapi juga harapan sebuah tindakan yang keluar dari kota ini," ujar direktur eksekutif Avaaz, Emma Ruby-Sachs yang bertindak mengatur kampanye sepatu dikutip dari The Guardian, Ahad (29/11).

Sebuah rantai manusia juga terbentuk di pusat kota Paris oleh ribuan orang, termasuk anak-anak. Mereka memegang spanduk bertuliskan 'Keadilan Iklim' dan 'Lindungi ini (bahan bakar fosil) di tanah'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement